Lihat ke Halaman Asli

Asisten Rumah Tangga

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari di lingkungan komplek perumahan tepatnya di ujung gang banyak kita jumpai para pembantu rumah tangga (PRT) berkumpul saling bertemu, baik untuk sekedar menunggu tukang sayur maupun mengasuh anak majikan.Ajang seperti ini tak jarang mereka jadikan untuk saling curhat dan berbagi cerita.

Apakah topik yang paling menarik bagi mereka? Tak lain dan tak bukan adalah para majikan masing masing. Kebanyakan yang mereka ceritakan adalah hal hal negatif. “Bossku nyebelin, nyuruh nyuruh melulu kerjaannya, ini belum selesai udah harus yang itu, belum selesai,  dipanggil suruh yang lain lagi, memangnya tanganku brapa?’. “Ehh..bossku pelitnya amit amit deh, masa makanan semua ditaruh di lemari, pake dikunci lagi.” Si Mbak yang lain tak kalah semangat. “ Bossku ketahuan selingkuh, jadi sekarang ribut terus kerjaannya, piring gelas melayang tiap hari”

Janganlah kita memandang sebelah mata terhadap asisten rumah tangga, tak jarang mereka bisa membawa detail dapur kita ( baca urusan pribadi)  ke lingkungan sekitar.Hal-hal yang sifatnya sangat pribadi tanpa sadar mereka bawa keluar.Kita tidak bisa mengontrol mereka, tidak bisa juga memaksa mereka untuk berkata baik tentang kita. Mereka berbicara sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat,dan rasakan. Gambaran yang ada di depan merekalah yang akan diceritakan dan disampaikan. Sebenarnya dalam urusan keluh kesah bukan hanya monopoli mereka, para majikanpun malah lebih sering mengeluhkannya. Sering kita dengar ibu ibu dalam ajang pertemuan arisan saling menceritakan para pembantunya. “ Pembantuku jeng, kerjaannya sms melulu, kapan kelarnya tu kerjaan.” yang pembantunya ABG. “Pembantuku bolak balik pulang kampung , anaknya sakitlah, ponakannya sunatlah, bentar lagi ga sekalian aja neneknya kawin lagi !” sambil nyinyir menahan kesal, yang pembantunya ibu muda.  Dan masih banyak lagi keluhan keluhan lainnya.

Banyak juga contoh kasus tindak kriminal yang dilakukan oleh oknum PRT. Modusnya bermacam macam.Ada sindikat perampok yang modusnya mendekati dan merayu para pembantu untuk mengintai dan mempelajari keadaan dan situasi  lingkungan sekitar, begitu dirasa aman langsung bertindak. Pernah juga terdengar seorang PRT membunuh anak majikannya dengan alasan karena si anak rewel dan menangis terus sementara pekerjaan yang lain masih banyak yang menunggu.Lain kasus, seorang PRT nekat membawa kabur anak majikannya dengan dalih  ingin balas dendam karena sering dimarahin. Seorang penyanyi dangdut terkenal mengalami kejadian menghebohkan ketika salah satu anaknya diculik oleh orang yang diduga adalah mantan PRTnya. Masih banyak lagi kasus lain yang begitu nyata menunjukkan kontradiksi antara majikan dan PRT.

Kisah-kisah tragis penyiksaan PRT oleh majikan juga begitu sering menjadi headline pemberitaan media cetak maupun media online. Sadisme penyiksaan kepada PRT begitu memprihatinkan dan mengoyak rasa kemanusiaan. Terutama bagi PRT –PRT yang mengadu nasib ke luar negeri. Berharap mengubah nasib dengan meninggalkan kampung halaman dan merantau jauh-jauh ke negeri orang, bukannya nasib menjadi baik, justru penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi yang didapat, bahkan sampai menimbulkan cacat fisik permanen.Bak jamur tumbuh  di musim hujan, walaupun sudah sering kali terdengar nasib buruk PRT atas penyiksaan penyiksaan tersebut, tidak bisa menyurutkan langkah mereka yang ingin mengadu nasib serupa. Mereka berprinsip setiap orang memiliki nasib berbeda, tidak mungkin semua yang pergi kesana akan memiliki nasib yang sama.Kalau sudah begitu siapa yang bisa mencegah?

Pada hakekatnya posisi PRT begitu vital bagi kita. Akan kita sadari betapa repot dan bingungnya kita kalau mereka tidak ada. Yang perlu dipahami adalah istilah pembantu, sudah jelas artinya adalah orang yang membantu.Jadi tugas mereka hanyalah  membantu. Kita sering lupa bahwa begitu banyak tugas dan kewajiban kita bebankan kepada mereka tanpa memenuhi hak hak dia sebagai pekerja.Mereka tidak ada bedanya dengan pekerja lainnya yang punya hak – hak yang harus dipenuhi.Hak istirahat, hak libur, hak lembur yang walaupun belum ada legalitas undang undang yang mengaturnya, tidak ada salahnya kita perlakukan mereka selayaknya pekerja sektor formal lainnya. Jika hubungan timbal balik antara majikan dan PRT ini bisa saling memahami dan saling mengerti, dimana kedua pihak tahu  kewajibannya terlebih dahulu dan melaksanakan dengan penuh kesungguhan, maka akan tercipta hubungan harmonis yang akan saling menguntungkan kedua belah pihak. Majikan terbantu pekerjaannya, dan memperlancar tugas yang kalau dilakukan sendiri tidak memungkinkan untuk bisa selesai, sebaliknya PRT juga terpenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga dalam usaha menutupi dan melangsungkan hidup yang bisa diatasi dengan gaji yang mereka peroleh dari pekerjaannya sebagai PRT.

Jangan pernah menganggap PRT sebagai budak yang bisa kita perlakukan semaunya. Hilangkan superioritas kita terhadapnya.  Posisikan mereka sebagai partner atau teamwork yang solid.Beri pengarahan dengan cara bijaksana, jika melakukan kesalahan dalam bekerja.Tegur dengan baik sambil terus beri motivasi agar bisa bekerja lebih baik lagi. Banyaklah memberi perhatian, penuhi semua kewajiban kita terhadap mereka, berilah kepercayaan tinggi kepadanya, jangan bersikap curiga yang berlebihan. Jika masing masing pihak saling mengerti dan sadar akan kewajibannya, maka harmonisasi hubungan akan tercipta. Tidak akan ada lagi friksi yang  timbul sehingga berakibat merugikan kedua pihak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline