Jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) Provinsi Lampung, beberapa kontestan mencari pola komunikasi untuk mendekatkan diri pada masyarakat. Tidak sedikit dari mereka, rela memgeluarkan sejumlah uang untuk mengerakkan orang (sumber daya manusia). Dengan beberapa kegiatan dan program orang bayaran itu memperkenalkan dan melakukan pencitraan salah satu kontestan kepada calon pemilih (masyarakat). Kemudian yang terjadi, masyarakat dipaksa untuk menjadi penonton sinetron yang mengagumi actor (pemain sinetron) tampil dengan mempesonanya di layar televisi.
Lebih memprihatinkan lagi, aksi peduli dan pendekatan yang dilakukan para kontestan atau partai politik itu, terjadi ketika mendekati perhelatan pemilihan saja. Setelahnya, masyarakat tetap menjadi masyarakat yang dikondisikan sebagai obyek politik, mereka tidak memiliki kedaulan penuh untuk menentukan nasib bangsa atau daerahnya. Begitulah konstelasi politik yang terjadi di Lampung, dan kebanyakan daerah di negeri ini. Kontestan dan partai politik merengek belas kasih rakyat untuk memilih mereka, kemudian meninggalkannya tanpa pesan.
Diantara kondisi politk yang lumrah terjadi di Lampung. Nampaknya, ada fenomena aneh yang tidak biasa dilakukan para politisi, tapi itu dilakukan calon gubernur Muhammad Ridho Ficardo. Politisi dari partai demokrat, diangkat sebagai ketua DPD Partai Demokrat Lampung sejak 2010 lalu itu, mampu memberi keteladanan poliitk yang baik bagi masyarakat Lampung. Dalam menciptakan kerharmonisan dan loyalitas pemilih terhadap partainya, ridho memilih menggunakan proses komunikasi yang dua arah. “kita butuh umpan balik (fedback) atas apa yang kita lakukan, agar kita tau mana yang kurang, dan mana yang harus diperbaiki. Selain itu, dekat dan berada ditengah warga sangat penting kita lakukan. Agar, kita dapat mendengar dan menampung aspirasi mereka secara langsung.”
Pernyataan tersebut yang kerap disampaikan Ridho Ficardo, tiap melakukan konsolidasi kader partai ditingkat kecamatan maupuan kabupaten/kota. Tidak sebatas memberikan pemahaman etika benar dalam berpolitik, ia pun mau turun langsung bersama masyarakat.
Simak sekarang, dari beberapa kontestan pilgub lampung, ridho yang paling gencar turun ditengah-tengah masyarakat untuk mendengar langsung keluh kesah, dan aspirasi mereka. Ingat! ini bukan saja karena momentum pilkada. Upaya untuk menjadikan masyarakat cerdas secara politik dan memiliki kedaulatan penuh dalam menentukan nasib otoritas kekuasaan (daerah), sudah ia lakukan sejak dulu.
Kegiatan Rembuk Warga yang digagas paguyuban RidhoberBakhti, adalah sebuah instrumen bentuk keseriusan ridho mendengarkan suara dan aspirasi masyarakat. 101 titik wilayah yang akan menjadi lokasi diadakannya kegiatan ini, menjadi representasi apa yang selala ini yang dikeluhkan dan menjadi harapan rakyat. Dengan begitu, diharapkan ketika menjabat sebagai Gubernur Lampung nantinya, perbaikan dan pembangunan yang akan dilakukan ridho, betul-betul sebagai solusi atas persoalan yang dialami masyarakat lampung. (ayu lestari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H