Lihat ke Halaman Asli

St Nurwahyu

Ayu Khawlah

Sistem Kapitalisme Semakin Memberi Panggung Kaum L687

Diperbarui: 19 Mei 2022   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Obrolan soal gay menjadi trending topic di Twitter pada Minggu 8 Mei 2022. Nama Deddy, L687, dan Nabi Luth ramai menjadi perbincangan. Semua isinya tentang podcast Deddy Corbuzier. Tak sedikit warganet yang kecewa, bahkan memberi hujatan kepada Deddy karena dianggap telah memberikan ruang ekspresi bagi pasangan L687.

Dalam sebuah podcast tersebut Ragil Mahardika berbicara blak-blakan mengenai orientasi seksualnya dan terang-terangan mengungkap dirinya menikah dengan Frederik Vollert seorang warga Jerman pada tahun 2018. Hal itu tidak lama setelah Pemerintah Jerman mengesahkan UU L687 di akhir 2017. Sementara, sebelum pernikahan L687 diresmikan mereka hanya berpartner seksual.

Paska viralnya pasangan gay yang berasal dari Indonesia dan Jerman ini, seolah pasangan LGBT menjadi punya panggung dan menjadikan pasangan-pasangan sejenis lainnya semakin punya nyali untuk menunjukkan eksistensinya, yang selama ini mereka menyembunyikan identitas mereka dengan berbagai alasan, yang pada intinya perilaku mereka belum diterima di kalangan masyarakat umum.

Harapan para pasangan sejenis ini agar mendapatkan pengakuan sepertinya bukan hanya isapan jempol semata. Pasalnya, beberapa pihak dari kalangan aktifis, korporasi, ataupun politisi secara terang-terangan condong mendukung LGBT. Mereka menyebutnya sebagai pengakuan terhadap kebebasan dan penciptaan lingkungan inklusif.

Dilansir dari republika.co.id, disebutkan bahwa Saham emiten konsumer PT Unilever Indonesia (Persero) Tbk terkoreksi pada perdagangan hari ini, Jumat (26/6). Pelemahan terjadi seiring perusahaan secara terang-terangan mendukung gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ+) lewat akun media sosialnya. Melalui Twitter dan Instagram miliknya, Unilever menyatakan dukungannya terhadap komunitas tersebut. "Kami berkomitmen untuk membuat kolega dan rekan-rekan LGBTQ+ merasa bangga bahwa kami ada bersama mereka," kata Unilever.

Tidak hanya itu saja, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengungkapkan ada lima fraksi di DPR RI yang dianggap "menyetujui perilaku lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT)" Dalam kegiatan Tanwir I Aisyiyah di Surabaya, Sabtu (20/1), Zulkifli mengungkapkan bahwa terdapat lima partai yang tengah membahas rancangan Undang-Undang mengenai LGBT.

"Saat ini di DPR sedang dibahas soal Undang-Undang LGBT atau pernikahan sesama jenis. Sudah ada lima partai politik menyetujui LGBT," kata Zulkifli seperti dilansir Antara.

Namun, Zulkifli bergeming saat ditanya fraksi mana saja yang menyetujui LGBT. Zulkifli sama sekali tidak menyebutkan siapa saja lima fraksi tersebut dan memastikan bahwa Fraksi PAN di DPR menolak. (www.kumparan.com)

Akibat Penerapan Sistem Kapitalime

Adanya ruang eksistensi bagi kaum menyimpang tersebut adalah akibat dari paham liberalisme yang dijamin keberadaannya dalam sistem kapitalisme. Saat kebebasan dijamin oleh sistem maka seperti inilah yang terjadi. Manusia melakukan perbuatannya sesuai hawa nafsu, tanpa perduli merupakan sebuah kemaksiatan atau bukan.

Dalam sistem demokrasi yang berbasis sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan, kebebasan individu merupakan suatu ajaran suci, sehingga negara ataupun individu tidak dibenarkan melanggarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline