Di era globalisasi dan kemajuan yang serba digital seperti sekarang ini, tentunya kita sudah sangat akrab dengan perangkat elektronik dan gawai yang semuanya butuh listrik. Saya sempat berpikir kalau seluruh masyarakat Indonesia sudah menikmati hal tersebut, minimal teraliri listrik. Apalagi di Pulau Jawa yang sudah banyak pembangunan dari dulu.
Namun kenyataannya, di tahun 2014, rasio elektrifikasi di Indonesia baru sebesar 84,34%. Rasio elektrifikasi merupakan rasio perbandingan rumah tangga Indonesia yang sudah menikmati listrik berbanding jumlah rumah tangga keseluruhan di Indonesia.
Nyatanya, masih banyak rumah tangga yang belum merasakan listrik, bahkan di Pulau Jawa sekalipun. Ya, tentu terkecuali masyarakat suku pedalaman yang memang memilih untuk tidak tersentuh modernisasi. Tapi syukurlah, hingga tahun 2018, rasio elektrifikasi kita sudah mencapai 98,3% di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi.
Lalu apa saja sih terobosan-terobosan yang dilakukan Presiden Jokowi untuk mendorong peningkatan rasio elektrifikasi?
1.Instalasi Listrik Gratis untuk masyarakat tidak mampu melalui APBD/CSR.
Enam BUMN karya bersinergi dengan PLN menggelar program bantuan penyambungan listrik gratis bagi rumah tangga miskin dan rentan miskin. Hingga akhir Desember 2018, sudah direalisasikan sambungan listrik gratis bagi 100.970 kepala keluarga di sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat. Beberapa hari yang lalu Presiden Jokowi mengunjungi Bekasi. Presiden bertemu dengan Ibu Eni Nurbaini yang ternyata rumahnya belum teraliri listrik, padahal beliau memiliki warung. Setelah mendapat penyambungan listrik gratis, warung beliau bisa buka hingga pukul 9 malam.
2.Pembangunan Pembangkit Listrik Terpusat (Mini Grid off Grid) di Desa-desa yang Sulit Dijangkau.
Kementerian ESDM menambah pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT), baik off grid dan on grid, terutama di daerah Indonesia Timur. Salah satu pembangkit EBT on grid yang sudah beroperasi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap I.
3.Pendistribusian LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi) di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Realisasi tahun 2018, sebanyak 172.996 LTSHE telah dibagikan ke rumah tangga di 16 provinsi dan masyarakat telah merasakan berbagai manfaat dari LTSHE ini. Anak-anak kini bisa belajar di malam hari, masyarakat yang ingin pergi ke masjid untuk sholat subuh kini juga tidak lagi susah karena gelap. Para nelayan kini lebih hemat, karena tidak lagi mengeluarkan biaya untuk lentera. Hasilnya, tangkapan ikan lebih banyak didapat. Dan masih banyak segudang manfaat lainnya.
Ke depan, target rasio elektrifikasi di tahun 2019 adalah 99%, terutama di 2 provinsi yang masih belum optimal karena kendala lokasi seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pemerintah optimistis dengan target tersebut, terlebih karena capaian selama ini bahkan lebih dibanding dengan target yang tercantum di RPJMN. Kita dukung dan dorong bersama, bahkan hingga 100% masyarakat Indonesia menikmati listrik agar terang dapat dirasakan saudara-saudara kita di seluruh pelosok negeri. Indonesia terang, masa depan cemerlang!
#01JokowiLagi
#01IndonesiaMaju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H