PENDAHULUAN
Jamak ilmuwan yang mendefunisikan pemimpin dalam pengertian seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan kelompoknya menuju cita-cita yang diinginkannya. Sedangkan yang dimaksud kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang demi mencapai cita-cita yang diinginkan.[1] Jika disederhanakan, pemimpin merujuk pada kata benda dalam arti oranag. Sementara itu kepemimpinan merujuk pada kata kerjanya.
Dalam pendahuluan artikel ini saya ingin memberitahu bahwa pemimpin dan kepemimpinan ialah suatu proses seseorang yang ingin mempunyai suatu perusahaan namun ia masih belum menerapkan sikap berkarakter, sikap berkarakter ini penting untuk seorang yang ingin menjadi pemimpin di masa depan.
Setiap pemimpin memiliki gaya masing-masing ketika menjalankan aktivitas di luar maupun aktivitas di dalam kantor. Ada pemimpin yang cenderung gemar menentukan keputusan tanpa mempedulikan anggota yang lain.
Ada pula pemimpin yang lebih suka mengajak anggota-anggotanya untuk menentukan suatu keputusan. Perbedaan gaya kepemimpinan ini bisa ditentukan paling tidak oleh dua hal. Pertama, faktor lingkungan. Nah lingkungan ini sangat berpengaruh bagi kita di era sekarang, kalau tidak bisa memilih lingkungan mana yang positif dan negatif nantinya kita bisa kehasut oleh suatu lingkungan tersebut.
Misalnya, seorang pemimpin cenderung akan sedikit melibatkan anggotanya ketika dituntut untuk menghasilkan sutau keputusan yang tepat dan cepat namun harus dengan detail. Disini bisa dilihat bahwa suatu lingkungan dapat memnentukan gaya kepemimpinan adalah berkarakter.
TIJAUAN PUSTAKA
Menurut Notonagoro bahwa di antara lima sila, sila ketuhanan yang maha esa yang paling sulit karena kerap dipersoalkan. Memang di dunia terdapat pendirian dan kepercayaan yang berkenan dengan ketuhanan, lebih-lebih kita dapat kepercayaan dari orang lain itu suatu anugrah yang bagus, yang sangat berlainan, begitu pula keadaannya di negara Indonesia. Soekarno, yang akrab sekali disapa Bung Karno, ketika berpidato di depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 menyatakan, prinsip kelima hendaknya untuk menyusun Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada tuhan yang maha esa.
Sesuai dengan nilai pancasila ketuhanan yang maha esa bahwa sebelum menjadi seorang pemimpin yang berkarater kita harus memeluk agama masing-masing serta untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
Pemerintah juga harus turun tangan dalam penerapan ini biar bisa tau kalau jadi seorang pemimpin itu tidak harus mengatur maupun merampas uang rakyat dengan melakukan adanya bea cukai saja, tapi jadi seorang pemimpin untuk rakyat kecil ini harus kasih contoh ke arah hal positif dan biar masyarakat bisa mengikuti apa yang dilakukan pimpinan tersebut serta seorang pemerintah harus memeberikan kebebasan kepada setiap penduduk indonesia untuk menghilangkan adanya bea cukai yang sering terjadi oleh warga indonesia.