Lihat ke Halaman Asli

Rusia vs Turki

Diperbarui: 10 Desember 2015   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ramalan tentang terjadinya perang antara Rusia dengan Turki ternyata telah diprediksi atau diramalkan kurang lebih 200 tahun yang lalu oleh peramal Yahudi yang dikenal sebagai Vilna Gaon atau Jenius Suci dari Vilnius. Dia bersama peramal Yahudi lainnya memprediksi bahwa Rusia akan bekerja sama dengan umat Islam sebelum peperangan berakhir.

Namun hal yang terjadi saat ini tidak jauh berbeda dengan hal yang telah diprediksi. Awalnya, Rusia dan Turki terlibat dalam Perang Dunia I yang melalui perjanjiannya Turki seharusnya memperbolehkan semua kapal yang melintasi selat Kota Istanbul. Bagi Rusia, selat itu adalah satu-satunya jalan bagi kapal Angkatan Laut di Laut Hitam untuk mencapai laut Mediterania dan samudera lainnya. Dalam konflik ini terdapat dua blok, blok yang pertama adalah blok Presiden Suriah Bashar al-Assad dan blok pemberontak yang terdiri dari Turki, Uni Eropa, Arab Saudi, dan Amerika Serikat.

Sebelum insiden penembakan pesawat Rusia oleh Turki, Moskow memberi perintah untuk mengirimkn kapal perang untuk memperkuat pertahanan udara. Rusia pun turut memastikan misi Moskow dalam menggempur ISIS yang akan dilindungi oleh jet tempur. Pesawat Rusia yang tertembak adalah jet Su-24 yang sedang melakukan misi tanpa perlindungan udara oleh jet tempur F16. Beruntungnya dua awak pesawat jet Su-24 berhasil keluar dengan menggunakan parasut sebelum menghantam Turkmen Mountain. Akan tetapi, salah satu dari awak pesawat meninggal dunia karena tertembak saat di udara. Rusia mengirimkan helikopter Mi-8 untuk pencarian satu pilot yang belum diketahui keberadaanya dan diduga tekena pemberontokan di Suriah. Setelah kejadian ini terjasi, Kementrian Pertahanan Rusia angkat bicara dengan mengatakan bahwa pesawat Rusia sedang tidak berada dalam kawasan wilayah udara di Turki.

Akibat dari insiden penembakan pesawat Rusia oleh Turki, Rusia mengeluarkan sanksi yang berupa pembatasan impor barang dari Turki dalm ruang lingkup perusahaan Turki yang berada di Rusia maupun warga Turki yang berkerja di perusahaan Rusia. Dengan dikeluarkan sanksi tersebut maka hal carter pesawat antarnegara dihentikan. Awalnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak untuk meminta maaf atas penembakan pesawat Rusia, akan tetapi pada hari Sabtu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bawa ia sedih atas insiden jatuhnya pesawat jet Su-24.

Ayu Dita Winarna

X-UJ

#RemX

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline