Purnama memang gerimis
Mendadak sayu menyusup di setiap pori-pori kulit
Menelusup jiwa. Renyuh.
Namanya purnama,
Sampai hujan mengganti gerimis
Pun tetap saja langit mengkilat terang
Kata orang-orang di lembah bukit
Saat purnama gerimis
Ada dua orang lelaki tua sedang berebut benar
Yang satu menggandeng malaikat
Yang satu lagi berdamping seribu setan
Wajar kalau ada gerimis ketakutan
“Oiiii,,, sebentar lagi hujan” orang-orang itu teriak kepada yang lain
Memangnya ada apa dengan hujan?
Bukankah hanya ada air, debu dan angin?
Bukan batu, api atau ranjau yang turun dari langit
Mengapa mereka harus jalan terpingkal sambil berteriak?
Buat apa ada lembah bila tidak sembunya?
Di antara mereka yag berlarian
Aku mengambil wajah lembah
Juga purnama yang kehujanan
Biar anak-anakku tahu
Bahwa jahiliyah masih bersemi selama ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H