Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut . Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Matius 28:8-10)
Yesus memulai pelayanan-Nya disuatu area bernama Galilea. Sebuah area luas dibagian utara Israel . Pada zaman Yesus, propinsi Galilea merupakan suatu daerah berbentuk empat persegi panjang, sekitar 70 km dari utara ke selatan, dan 40 km dari timur ke barat, berbatasan dengan Sungai Yordan dan Laut Galilea di timur serta terputus di Laut Tengah pada bagian selatan Siro-Fenisia menurun ke dataran pantai. Wilayah tempat Yesus dibesarkan ini merupakan daerah yang banyak dihuni orang-orang non-Yahudi. Hal ini menggenapi nubuat Nabi Yesaya: "Tetapi tidak selamanya akan ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu TUHAN merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain".
Nubuatan mengenai kedatangan Mesias untuk membawa terang Tuhan kepada bangsa Israel justru dimulai oleh Yesus bukan di Yerusalem atau Betlehem melainkan disuatu daerah yang dihuni oleh banyak bangsa-bangsa asing pada waktu itu.
Yesus tampil di Galilea dengan membawa pesan profetik tentang pertobatan. Ia kemudian memanggil murid-murid-Nya ketika Ia berjalan menyusur Danau Galilea. Ia merekrut Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes sebagai murid-murid dalam awal pelayanan-Nya.
Di Galilea inilah Tuhan Yesus banyak mengajar dan memberikan perumpamaan-perumpaaman, mujizat-mujizat dan pondasi pengajaran tentang kehidupan rohani yang benar. Galilea merupakan titik awal sebuah pelayanan. Dari daerah yang dianggap "kafir" Yesus memberitakan Injil Kerajaan Sorga dan segera setelah Ia bangkit dari kubur, Ia mengingatkan murid-murid-Nya agar bertemu di Galilea.
Para murid yang percaya kepada pesan tersebut bergegas ke Galilea dan mereka bertemu Yesus yang memberi mereka otoritas memuridkan, membaptis dan mengajar semua bangsa. Galilea adalah prototipe kemajemukan. Injil harus mendobrak eksklusivitas dan berani tampil dalam kemajemukan untuk menjadi Saksi Kristus yang telah menang atas dosa dan maut.
Di Galilea Tuhan ingin para murid merefleksikan seluruh perjalanan rohani yang telah mereka alami. Di sana pula Yesus ingin murid-murid kembali pada titik awal sebuah kehidupan rohani yang transformatif. Dari Galilea semua dimulai dan jangan melupakan Galilea. Injil harus hadir justru pada tempat-tempat yang paling gelap, paling kecil, paling dikucilkan. Dari sana Yesus telah memulai dan menyelesaikan misi-Nya. Sekarang kesana Ia ingin setiap kita memulai misi kita dan meneladani teladan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H