Ah, aku masih bingung, ada dua bapak-bapak yang melamar kerja jadi pesuruhku (dan jutaan lagi orang-orang seperti aku), harus pilih yang mana ya?
Urusan memilih babu memang kadang membingungkan. Tapi satu kriteria yang mesti ada, dia harus tahu diri kalau dia itu babu jutaan manusia. Bukan apa-apa.
Dia kita keroyok dengan suara, kita paksa ia bekerja keras mengurusi urusan-urusan kita. Urusan-urusan yang tidak sempat kita lakoni sebab repot dengan pekerjaan lainnya. Pekerjaan yang lebih urgen ; bertahan hidup.
Jadi, dari sekarang kedua bapak itu harus menyiapkan diri jadi babu. Jangan siapkan mahkota, jangan siapkan wibawa prabu, sebab kau memang akan kami dapuk jadi babu.
Dan siapa bilang babu itu hina?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H