Lihat ke Halaman Asli

Tantowi/Liliyana, Mempersatukan Keberagaman

Diperbarui: 24 Agustus 2016   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyambut Pahlawan Olahraga - megapolitan.kompas.com

Sejak kemarin, media memberitakan begitu massif kedatangan para pahlawan olahraga kita, yang mampu merebut medali dari Olimpiada Rio. Salah satu bintang yang menjadi sorotan adalah Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir, pasangan ganda campuran yang mampu meraih medali emas. Ada yang menarik dibalik prestasi yang mampu diraih anak negeri ini. Melalui olahraga, masyarakat Indonesia bisa bersatu. Apalagi jika atlit yang didukung, bertanding di luar negeri dengan membawa nama negara. Tidak peduli siapa atlitnya, lebih dari 250 juta penduduk di Indonesia pasti memberikan dukungan, dan berharap menjadi juara.

Jika kita berkaca pada yang terjadi saat ini, masih sering kita temukan ketidakharmonisan antar masyarakat, hanya karena persoalan sepele. Mulai karena persoalan hutang piutang, persoalan pekerjaan, hingga persoalan perbedaan keyakinan. Namun, jika melihat beberapa hari terakhir, ketidakharmonisan itu praktis tidak ada sama sekali. Semua orang, dari masyarakat biasa hingga presiden, dari masyarakat muslim hingga non muslim, memberikan dukungan semua kepada para atlit nasional kita. Dan yang menarik, atlit yang didukung pun, juga beragam. Tantowi seorang muslim dan Liliyana seorang non muslim. Namun tidak ada unsur kebencian disitu. Semuanya saling menghargai. Dan memang begitula seharusnya.

Tantowi dan Liliyana serta atlit nasional lainnya, secara tidak langsung telah memberikan contoh. Bahwa menghargai keberagaman itu bisa dilakukan. Tidak perlu dengan cara yang sulit. Senyuman masyarakat yang menyambut kedatangan para pahlawan olahraga kemarin, juga merupakan bagian dari menghargai keberagaman. Tidak ada masyarakat yang unjuk rasa. Tidak ada masyarakat yang mempermasalahkan keyakinan. Namun berbeda ketika kita berbicara mengenai pilkada DKI Jakarta, yang akan digelar pada 2017 mendatang. Apa saja dipersoalkan, hanya gara-gara Ahok maju lagi menjadi calon gubernur. Seperti kita tahu, Ahok merupakan seorang non muslim dan etnis Tionghoa. Persis seperti Liliyana. Namun sikap yang diberikan masyarakat kita berbeda.

Bagaimana kita bersikap terhadap seseorang atau sebuah situasi, memang menjadi hak setiap individu. Sepanjang sikap yang muncul itu tidak ada unsur kebencia  tentu tidak menjadi persoalan. Yang menjadi persoalan adalah, jika tutur kata yang muncul ada unsur kebencian, dan perilakunya cenderung menyakiti orang lain. Apa yang dilakukan kelompok radikal, yang merasa dirinya paling benar, dan cenderung menyalahkan orang lain, merupakan perilaku yang tidak menjaga keberagaman. Ingat, Indonesia merupakan negeri yang beragam, yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Tidak mungkin memaksakan sebuah paham, yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya lokal.

Karena itulah, mari kita gunakan kepulangan para pahlawan olahraga ini, menjadi momentum untuk kembali merekatkan persaudaraan. Menjaga kerukunan antar umat, agar keberagaman negeri tetap terjaga dan lestari. Jangan jadikan perbedaan sebagai sumber konflik. Tapi jadikanlah perbedaan sebagai media untuk saling mengenal antar sesama. Tuhan menciptakan manusia penuh dengan perbedaan. Saling mengenal dan memahami, adalah salah satu cara untuk meminimalisir konflik. Terima kasih owi dan butet dan seluruh pahlawan olahraga, yang telah memberikan contoh berharga. Bahwa perbedaan bisa menjadi sumber kekuatan, jika tetap menjaga keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline