Lihat ke Halaman Asli

Ayu Lestari

Nama : Ayu Lestari

Yuk, Intip Sejarah Banteng Hitam pada Peradaban Lasem Kuni

Diperbarui: 23 Juli 2022   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang-orang sampit setelah menginjakkan kaki dari pegunungan Nusa Kendheng Ngargapura. Kondisi di daerah ini masih relatif sepi. Hewan yang menetap dan masih hidup di area Ngargapura hanya banteng, penyu, dan burung-burung hutan.

Saat orang-orang sampit meninggalkan area Kendheng, beberapa Ikan Pesut (Ikan lodhan bengawan sampit yang sudah jinak) ikut ke Kendheng. Ikan tersebut menjadi penghuni baru bagi orang jawa selama 130 tahun.

Lebih dari 130 hari, hwuning orang jawa yang tinggal di bumi Ngargapura, dari Nusa Tempabesi di tanah Jawa Segara Kening dan sekitarnya. Lalu, di sekitar Segara itu terdapat hutan Pohon Pung yang masyarakat disebut Desa Sampung. Penduduk Tempabesi datang dengan beberapa perahu-perahu besar yang cukup untuk berlayar sampai anak keturunan dari orang-orang setempat menjadi tukang pembuat perahu di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Penghuni baru di tanah jawa memiliki banyak keterampilan yang tidak dimiliki oleh orang jawa lainnya. Seperti tukang kayu (undhagi), tukang besi (pandhe), tukang kuningan (gemblak), tukang tembaga (saying), tukang grabah (kundhi), serta tukang pembuat rumah batu dan kayu (jlagra). Keahlian semacam itu biasa disebut dengan sampung.

Orang-orang Tempabesi belum menganut Jawa Hwuning yakni masih menjadi penganut dewa matahari, dewa samudra, dewa angkasa, dan dewa bumi. Selain itu, untuk memperlebar tempat tinggalnya, para pendukung Tempabesi berani menjamah hutan di Teluk Lodhan dengan mencari banteng dan ikan pesut.

Akibatnya, kawasan wilayah banteng dan ikan pesut yang telah lama menjadi penghuni Nusa Kendheng Ngargapura pindah menuju Nusa Kendheng kidul dan Pegunungan Brahma sampai Mahameru dan melintasi Pegunungan Raung dengan menyeberangi laut supitan ke kamput. Maka, pada zaman jumajuja, bengawan brantas berupa laut mengelilingi Gunung Kawi, Kamput, Ajar, Samara dan Penangungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline