Melawan Framing Propaganda di Sosial Media
Komunikasi bias disinformasi atau berbagai cara yang dilakukan kelompok tertentu untuk memenangkan komunikasi publik serta mempengaruhi perilaku suatu kelompok sesuai dengan tujuan tertentu bisa kita sebut istilah sebagai sebuah Propaganda. Dan rasanya itu ramai terjadi apalagi di sosial media belakangan ini.
Masifnya pengguna teknologi internet dan sosial media di Indonesia membuat segala arus informasi dan komunikasi masuk begitu saja tanpa filter. Hal ini menjadi salah satu penyebab juga mengapa sebuah propaganda di Indonesia masih sangat rentan.
Semua orang punya kesempatan yang sama entah membuat berita, isu, atau informasi apapun kemudian atas nama hashtag sederhana #Viralkan maka informasi pun menyebar cepat tanpa batas. Begitulah kira kira framing yang tercipta.
Jika menilik apa yang terjadi belakangan ini, sepertinya ada cara cara ampuh mengatasi propaganda yang terjadi disosial media melalui :
1. Prestasi
Seruan Indonesia mengharu biru dan membahana begitu sakral di setiap pertandingan pertandingan dalam ajang bergengsi Asian Games yang membawa nama Indonesia. Lihat saja sudah berapa banyak Atlet atlet kita yang berprestasi dengan memberikan porsi "terbaik"nya. Ini bukan masalah menang atau kalah,bukan pula masalah Medali yang didapat, tapi tentang keagungan sebuah perjuangan, sebuah pengorbanan putra putri terbaik bangsa, sebuah kebersamaan dan bersatunya seluruh rakyat menyerukan nama Indonesia.
Ada rasa haru dan bangga saat atlet Indonesia naik ke podium, dan pandangan kita tertuju hanya pada satu Sang Saka Merah Putih seraya mengumandangkan Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya". Dan apa yang terjadi dengan iklim di dunia maya? Semua bersatu dengan pemikiran yang positif dan dunia maya pun terasa damai.
2. Pemikirin dan Gagasan
Berjuang untuk bangsa ini tidaklah sama seperti pahlawan pahlawan kita sebelumnya dengan bambu runcing demi membela Indonesia, tetapi kita bisa berjuang melalui pemikiran dan gagasan .
Masih ingat dengan kejadian Bom Thamrin beberapa tahun lalu? Kejadian tersebut membuat semua masyarakat Indonesia lantas menyuarakan untuk tidak takut menghadapi terorisme, netizen di dunia maya pun lantas menyerukan hashtag dengan tagar "Kami Tidak Takut" sebagai bentuk ungkapan untuk menjaga NKRI ini dari ancaman teroris, lantas diikuti begitu banyaknya muncul parodi parodi yang dibuat dalam bentuk meme atau gambar seperti contoh :
"Kami Tidak Takut Dengan Teroris, Kami Hanya takut Dengan Debt Collector yang datang ke rumah"
"Kami tidak takut teroris, Kami Hanya takut ga dapet jodoh",
"Kami tidak takut teroris, kami hanya takut kehabisan quota" dsb
Atau moment yang sedang hangat diperbincangkan, disaat seorang atlet pencak silat peraih medali emas "Hanifan Yudani Kusumah" dengan spontas memeluk secara bersamaan 2 calon presiden, membuat para netizen menyerukan hashtag "Wowo Sayang Wiwi", atau meme meme bentuk gambar yang tampil sangat jenaka lainnya, bahkan pemikiran dan gagasan melalui tulisan tulisan yang dapat mencairkan suasana dan setidaknya dapat menurunkan tensi politik yang terjadi akhir akhir ini.