Bicara korupsi tentu siapapun geram dengan perilaku ini, bayangkan saja berapa banyak uang rakyat yang dimakan oleh tikus tikus negeri ini, salah satunya mungkin karena perilaku hedonis yang telah menjadi "Penyakit Hati" tersendiri .
"Perempuan dapat menjadi tiang sebuah negara apabila perempuannya baik , maka akan menjadi baiklah negara itu, dan apabila perempuan itu rusak maka rusaklah negara itu".
Ungkapan diatas sering saya dengar dan mencerminkan begitu besarnya peranan perempuan baik dalam ranah private maupun sosial terhadap tatatan kehidupan . Semua kembali bermula dari lingkungan keluarga. Perempuan memiliki peran sangat kuat terhadap Kokohnya akar pondasi keluarga. Termasuk peran yang krusial sebagai penyeimbang tatanan nilai moral dan budaya perilaku dalam Keluarga.
Ritme kehidupan saat ini telah membawa banyak pola perilaku manusia berubah ubah, bisa jadi karena adanya "Tuntutan" hidup ataupun budaya berlomba lomba mencari kebahagiaan melalui materi semata serta sikap hedonis yang berlebih.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.Hedonisme juga merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia (Sumber : Wikipedia.org) .
Secara standar dan normal ,manusia memang membutuhkan materi untuk melanjutkan kehidupannya di dunia ini. Hanya saja, manusia yg memiliki sifat hedonis cenderung melakukannya secara berlebihan dikarenakan terlalu fokus terhadap hal tersebut. Orang-orang ini terpana dengan berbagai gemerlapan duniawi sehingga melupakan siapa dirinya yang sebenarnya.Keadaan ini jelas saja akan membuatnya menjadi semakin hari semakin konsumtif dan tentu membutuhkan biaya yang mahal.
Terlebih dengan masifnya penggunaan teknologi membuat sosial media menjadi ajang pamer segala benda , sehingga membuat banyak orang segera mencari jalan untuk merealisasikannya. Indera kita juga punya andil terciptanya hedonisme, dimana saat melihat barang barang mewah,indera kita tidak bisa tenang dan terkendali. Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebab, mulai dari lingkungan keluarga,teman ataupun rekan kerja.
Di Saat mencari-cari inilah terkadang manusia cenderung memanfaatkan kesempatan, menghalalkan segala cara, merugikan orang lain bahkan lingkungan sekitar juga merugi.
Salah satu contohnya tuntutan materi terhadap pasangan yang terlalu "berlebih"diluar batas kemampuannya dan tidak Wajar jika dilihat dari income dgn apa yg ingin dimiliki ,tak tanggung tanggung akhirnya sang suami sampai melakukan korupsi misalnya, mungkin saja semua dilakukan karena butuh "Pengakuan" yang bahasa kerennya di sebut "Eksistensi ", pengakuan dalam status sosial dan sikap hedonis yang berlebih. Ataupun terkadang eksistensi perempuan juga diragukan karena lebih dianggap sebagai pelaku "Kebocoran Anggaran Negara" dibanding sebagai instrumen penting pembentuk jati diri bangsa.
Tidak munafik, pada dasarnya juga manusia hidup untuk mencari kesenangan, sifat dasar manusia yang melekat telah menjadi kodrat alamiahnya sejak dulu. Namun bukan berarti manusia mencari kesenangan dengan cara yang bebas dan keluar dari norma. Orang yang hedonis jelas kebaikan hati yang diekspresikannya tidak konsisten ,selalu ingin lebih dan lebih,selalu merasa kurang, dan tentunya keinginan memperoleh kesenangan disini tidak harus mengurangi hakikat kemanusiaannya (lupa diri), yang terpola pada budaya liberal yang mengabaikan norma-norma kemanusiaan. Tindakan seperti ini tentunya yang menganggu tatanan sosial.
Disinilah peran perempuan sebagai "Agent of Change" (Agen Perubahan) dapat memberikan energi energi positif kepada pasangan ataupun keluarga dalam menanamkan nilai nilai antikorupsi (Berani mengatakan "TIDAK) , Perempuan bisa menjadi penyelamat keluarga dari segala kondisi (sebagai penggerak ekonomi keluarga misalnya) dengan cara yang halal, perempuan mempunyai peran strategis dalam membangun nilai nilai moral yg membentuk integritas individu pasangan, anak ataupun dalam keluarganya sejak dini,