Generasi milenial atau sering disebut sebagai Millennials saja adalah sebuah istilah yang sedang akrab terdengar. Apa sebenarnya generasi milenial itu? Generasi milenial adalah istilah yang menggantikan istilah Generasi Y. Menurut beberapa peneliti sosial, generasi Y atau Millennials ini lahir pada rentang tahun 1980-an hingga 2000 sehingga dapat dikatakan bahwa generasi milenial ini merujuk pada anak-anak muda yang saat ini berusia antara 15 - 35 tahun. Jika demikian, penulis juga termasuk bagian dari generasi milenial ini. Penulis cukup mengerti permasalahan yang dialami oleh generasi milenial zaman now terutama anak-anak muda yang telah berusia 20-an dalam hal mengelola keuangan. Beberapa teman penulis sering bercerita bahwa gaji atau pendapatan mereka habis begitu saja. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu kemana habisnya gaji tersebut. Adapun yang menggunakan sebagian besar gajinya untuk konsumsi dan bersenang-senang karena mereka menganut prinsip hidup "You Only Live Once (YOLO)" sehingga tidak menyisihkan gaji mereka untuk saving. Oleh karena itu, generasi milenial sering merasakan dilema "Aku terjebak di antara harus nabung untuk masa depan atau hidup cuma sekali. Pakai uang untuk bikin hati senang." Penulis sangat mengerti dengan kondisi seperti ini karena penulis sendiri juga merasakan dilema yang serupa. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menulis opini ini. Jadi, untuk mengatasi dilema tersebut generasi milenial harus melek keuangan.
Apa itu melek keuangan? Melek keuangan (financial literacy) adalah kemampuan seseorang untuk memahami betul hal-hal mengenai keuangan. Melek keuangan merupakan suatu langkah awal menuju kebebasan keuangan (financial freedom). Masalah yang paling mendasar yang membuat seseorang gagal dalam mengelola keuangannya adalah tidak dapat membedakan kebutuhan dan keinginan (needs vs. wants). Banyak orang yang salah mengartikan kedua hal tersebut, padahal meretia adalah dua hal yang berbeda. Apalagi pada zaman sekarang ini, batas antara needs atau wants semakin pudar. Hal itu terjadi karena tuntutan zaman yang mengubah gaya hidup seseorang, terutama anak-anak muda yang menjadi pecandu dunia maya sehingga mereka merasa harus selalu tampil lebih baik dari orang lain dan all out. Hal tersebut yang menjadikan mereka menjalani gaya hidup hedon. Oleh karena itu, mulai sekarang cobalah membedakan needs dan wants supaya gaji dapat terkontrol. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H