Dusun Artomoro sebuah kawasan yang sangat religius dan punya banyak cendekiawan alim ulama. Pada saat krisis kepemimpinan terdapat 3 kandidat calon kadus pilihan rakyat. Arumbinang, Toyasegara dan Pilopo adalah calon kadus pilihan rakyat, dan Pilopo yang memiliki dukungan terkuat serta memiliki mesin pemenangan yang canggih sebab semua pamong desa secara bisik-bisik sepakat memenangkan Pilopo, bahkan jika Pilopo kalah mereka akan kompak transmigrasi sebagai bentuk kekecewaan.
Arumbinang tiba-tiba terkena serangan teror, dia dibully dikatakan pengecut berhati busuk laksana ular dan dituduh berambisi jadi kadus. Arumbinang heran, kok serangannya pasca dia jadi kandidat calon kadus? Berarti ada yang tidak beres dengan 2 calon yang lain. Insting Arumbinang otomatis tertuju pada Pilopo, "apa yang ditakutkan dariku..dia yang terbanyak dukungan, bisa dikatakan dia sudah menang sebelum hari pencoblosan, tapi apa maksudnya dia berbuat seperti itu?" Arumbinang bergumam sendiri dalam hati dan sedikit curhat sama Toyasegara dan junjungan bu nyai Inten Azzahra yang merupakan salah satu tokoh ulama penasehat di dusun Artomoro.
Fakta setelah pemilu di dusun Artomoro:
1. Pilopo menang mutlak 75% suara, suatu kemenangan yang sangat fantastis dan ajaib.
2. Karena kepintarannya Arumbinang sama Pilopo diangkat jadi pamong kadus, tapi setelah ada gesekan antar pamong, ada 2 laporan dari 2 orang yang berbeda yang isinya sama, yaitu dulu Pilopo pernah ngomong sama 2 orang itu bahwa dia disuruh mundur jadi kades sama Arumbinang. Mendengar cerita itu Arumbinang hanya bisa beristighfar tapi lantas ketawa. Sebab siapa yang dulu menebar fitnah pasca pemilu, sedikit banyak telah kelihatan dengan munculnya berita fitnah susulan.
3. Untuk kedua kalinya dusun Artomoro mengadakan tabligh akbar, mengundang kyai yang sama, seorang kyai dari negeri Sendang Kamulyan. Lucunya..karena suatu hal kadus Pilopo curhat ke pak kyai obral omongan menjelekkan pamong Jemitri. Pamong Jemitri yang dulunya adalah ketua team pemenangan kadus Pilopo langsung kebakaran jenggot dan kumis melihat kelakuan kadus Pilopo.
4. Kadus Pilopo dibalik kekurangannya akan ilmu agama, dipercaya oleh mayoritas pamong memiliki banyak kelebihan, yaitu dianggap sebagai sosok yang arif dan bijaksana, pemimpin yang tegas dan berwibawa. Tapi setelah jadi kadus beneran, kelihatan banget cari mukanya, bangga akan jabatannya dan ujub terhadap sesuatu yang tidak dilakukannya, pamong lain yang berprestasi tapi dianya yang ujub dan panen pujian.
5. Gila hormat, iri hati dengan pamong lain, maunya dia sendiri yang tenar dan dihormati, baginya sangatlah tidak sopan apabila nama kadus tidak tercantum, jadi harus selalu tercantum dimanapun.
6. Kata-kata yang khas dari pak kadus, "siapa kadusnya.....?"
7. Pak kadus marah-marah ketika mengecek buku penyaluran bantuan, katanya bantuan buat perguruan Tambakwedi dari dusun tetangga telah distop, tapi anehnya pak kadus laporan sama pamong Jemitri bahwa pamong santunan kebakaran jenggot lapor sama pak kadus, gak suka dengan penyaluran dana buat perguruan Tambakwedi. Bukti satu lagi siapa tukang fitnah sebenarnya.
8. Kadus Pilopo dalam berpidato lebih banyak pamer gigi dibanding ngomongnya. Ternyata modal jadi kadus hanyalah muka tembok dan nekat belaka. Yang penting bisa kondang, terkenal dan naik pamor. Masalah gak pinter mana ada orang tahu. Masyarakat tahunya kadus Pilopo adalah pemimpin yang baik dan berkarisma yang wajib ditaati dan dhormati. Keburukannya tertutup oleh beberapa pamongnya yang rajin dan kompeten.