Pemimpin adalah orang yang memegang kekuasaan atas segala aspek kehidupan sekaligus contoh bagi para bawahannya. Peran sentral seorang pemimpin dalam membela dan mempertahankan negaranya sehingga menjadi mayoritas islam terbanyak di asia dia adalah Muhammad Al-Fatih sebagai pnakluk Konstantinopel.
Muhammad Al-fatih adalah keturunan ke-3 dari daulah utsmaniyah. Al-fatih benar-benar menjadi sultan pada usia 19 tahun pada Februari 1452 M setelah Murad II meninggal dunia. Kekuasaannya saat itu sudah terbentang dari Irak ke Eropa Timur. Dan Ibukota daulah berada di Adarnah di timur Turki.
Al-fatih dalam menaklukan konstantinopel menggunakan strategi yang sangat unik dan menarik sehingga bisa memenangkan peperangan dan menjadi satu-satunya pemimpin yang bisa menaklukan konstantinopel. Karena sebaik-baiknya pemimpin adalah penakluknya dan sebaik- baiknya pasukan adalah pasukannya.
Dalam melakukan serangan Al-Fatih menggunakan beberapa strategi yang sangat luar biasa. Pada tanggal 26 Rabi'ul Awwal 857 H/6 April 1453 M prnaklukan baru terwujud. Akan tetapi Al-Fatih mengalami kesulitan dalam memasuki pantai Konstantinopel karena perairan telah dipasangi rantai untuk merusak kapal-kapal yang akan masuk. Al-Fatih kemudian menemukan cara untuk bisa memasuki pantai Konstantinopel tanpa terkena ranjau rantai dan tidak terlacak dari benteng pengintai di Galota.
Cara yang tidak pernah bisa terpikir sebelumnya, yaitu memindahkan kapal-kapal dari tempat berlabuhnya menuju Teluk Tanduk Emas dengan cara menariknya melalui jalan darat yang terletak antara dua pelabuhan demi menjauhi Benteng Galota, karena khawatir kapal-kapal itu akan terlihat oleh pasukan sebelah barat. Karena permukaan yang akan dilalui berupa perbukitan dan terjal yang tidak mulus, maka pasukan mulai meratakan permukaan tanah untuk memuluskannya.
Kemudian ditaruhlah papan-papan di atasnya yang diolesi minyak dan lemak agar kapal mudah digerakkan ,dipindahkan dengan cara diluncurkan ke bagian lain dari bukit tersebut. Beruntung kapal-kapal perang Ustmani berbentuk kecil dan ringan. Upaya pasukan Al-Fatih memasuki kota tak mudah karena kokohnya benteng. Sehingga Al-Fatih kembali menggunakan cara yang mengagumkan yaitu dengan membuat lubang-lubang terowongan bawah tanah untuk memasuki kota.
Metode baru lainnya adalah membuat benteng kayu yang besar dengan tinggi 3 tingkat atau harus lebih tinggi dari tingginya benteng. Benteng ini ditutupi dengan perisai dan kulit yang dibasahi untuk melindungi diri dari meriam api. Dan pada akhirnya Al-Fatih yakin bahwa kota sudah bisa dia kuasai.
Referensi
Syaikh Ramzi Al-Munyawi,2012.Muhammad Al-Fatih Penakluk Konstantinopel.Pustaka Al-Kautsar Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H