Dia menutup kedua matanya. Selang oksigen melintang di kedua pipi laki-laki itu. Di layar monitor angka respirasi dan detak jantungnya terlihat stabil. Jauh berbeda ketika pertama tiba di ruang IGD sejam yang lalu.
"Dadaku sakit," laki-laki itu menunjuk dada sebelah kanan dan kiri bergantian. Matanya masih tertutup, dan keningnya berkerut.
Wanita yang diajak bicara, baru saja tiba di sana. Setelah mencium kening laki-laki itu, dia bertanya apa yang dirasakan suaminya.
Mendengar jawaban itu, ia hanya menatap prihatin. Terus digenggamnya tangan laki-laki itu untuk memberikan kekuatan, sekalipun terpaksa.
Laki-laki itu tampak sekarat di atas tempat tidur. Dia terus membolak-balikkan badan, mencari posisi paling nyaman. Dadanya seperti tertindih batu besar. Terus begitu berulang-ulang. Dia tidak pernah tahu, bias racun tikus yang melekat di jari tangannya, bisa berpindah ke rokoknya, dan terisap sampai ke paru-parunya.
Awalnya, dia merasakan ketegangan di kedua bahunya. Kepalanya pusing, dan keringat dingin membasahi punggungnya. Pandangan matanya redup, dan badannya lemas. Saat melihat sebotol madu di atas meja, laki-laki itu segera meminumnya.
Dia belum merasa membaik juga. Beruntung tuan rumah datang untuk melihat hasil pekerjaannya. Akhirnya laki-laki itu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
*
Dia terkejut ketika membuka matanya. Laki-laki itu memandang ke sekelilingnya.
"Landscape ungu!" dia berseru keheranan. "Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Di mana ini?"