Lihat ke Halaman Asli

Ika Ayra

TERVERIFIKASI

Penulis cerpen

Sebuah Negeri yang Terlalu Ungu

Diperbarui: 27 November 2024   15:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Jeff Nissen/Pexels

Dia menutup kedua matanya. Selang oksigen melintang di kedua pipi laki-laki itu. Di layar monitor angka respirasi dan detak jantungnya terlihat stabil. Jauh berbeda ketika pertama tiba di ruang IGD sejam yang lalu.

"Dadaku sakit," laki-laki itu menunjuk dada sebelah kanan dan kiri bergantian. Matanya masih tertutup, dan keningnya berkerut.

Wanita yang diajak bicara, baru saja tiba di sana. Setelah mencium kening laki-laki itu, dia bertanya apa yang dirasakan suaminya. 

Mendengar jawaban itu, ia hanya menatap prihatin. Terus digenggamnya tangan laki-laki itu untuk memberikan kekuatan, sekalipun terpaksa. 

Laki-laki itu tampak sekarat di atas tempat tidur. Dia terus membolak-balikkan badan, mencari posisi paling nyaman. Dadanya seperti tertindih batu besar. Terus begitu berulang-ulang. Dia tidak pernah tahu, bias racun tikus yang melekat di jari tangannya, bisa berpindah ke rokoknya, dan terisap sampai ke paru-parunya. 

Awalnya, dia merasakan ketegangan di kedua bahunya. Kepalanya pusing, dan keringat dingin membasahi punggungnya. Pandangan matanya redup, dan badannya lemas. Saat melihat sebotol madu di atas meja, laki-laki itu segera meminumnya. 

Dia belum merasa membaik juga. Beruntung tuan rumah datang untuk melihat hasil pekerjaannya. Akhirnya laki-laki itu dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

*

Dia terkejut ketika membuka matanya. Laki-laki itu memandang ke sekelilingnya. 

"Landscape ungu!" dia berseru keheranan. "Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Di mana ini?" 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline