"Bagaimana harimu, Sayang?"
"Apakah anak-anak rewel seharian ini?"
"Apa kau sudah baikan? Jangan lupa minum obatnya, yaa..."
Love, menjadi pengetahuan yang sama sekali tidak dangkal bagi orang-orang yang ingin bahagia di dalamnya.
Bagi pasangan suami istri, hal ini tidaklah sebatas romansa di antara keduanya, tetapi bagaimana relasi ini dapat dibangun dengan fondasi yang kokoh.
Sebuah pernikahan, penting untuk menetapkan komitmen yang utuh dan sakral. Tidak tergesa-gesa demi beberapa alasan yang akan merusaknya kemudian. Berapa banyak Anda melihat sebuah keluarga menjadi ha6ncur karena hal tersebut?
Seorang suami yang bekerja dari minggu ke minggu, lalu dengan penuh tanggung jawab menyerahkan gajinya kepada istrinya untuk dikelola.
Suatu ketika, entah pada tahun ke berapa pernikahannya, secara tidak terduga suami ini memiliki perasaan sebaliknya. Mendadak dia merasa dirugikan bahkan menganggap kalau selama ini dirinya sudah menjadi "sapi perah" di rumah tangganya.
Suami ini kemudian berusaha keluar dari perasaan tertekan, dan mulai memikirkan bagaimana cara agar dirinya tidak direndahkan lagi.
Dia lalu membelanjakan sebagian gajinya untuk membeli barang-barang yang dia inginkan. Dia melarang istrinya berkeluh-kesah tentang kesulitan-kesulitannya mengurus anak-anak. Bahkan dia juga enggan membantu istrinya memperbaiki kran air yang rusak. Tanpa sadar hal ini merupakan bentuk pertahanan diri yang justru menyakiti keluarga yang harus dia lindungi.
Apakah Anda mengira suami tersebut sedang mengalami kejenuhan atau burn out, dan mulai menyarankan untuk bersantai, rileks sejenak?
Sebut saja suami ini bernama Jono.