Namanya Julia, sahabatku sejak kami SMU sampai duduk di bangku kuliah. Kami memiliki banyak kesamaan, hingga pada akhirnya memilih jurusan yang sama pula di sebuah perguruan tinggi.
Aku nyaman berlama-lama menghabiskan waktu bersama Julia. Selain menarik, dia juga cantik dan baik hati. Siapa sangka, persahabatan kami dihadapkan pada ujian yang cukup berat.
*
Seperti kata pepatah, dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati tiada yang tahu.
Julia tidak pernah sekali pun bercerita tentang lelaki yang menjadi suaminya sekarang. Aku pun tak pernah jujur sedang menyukai dosen kami.
Aku dan Julia sering duduk bersama, ngobrol apa saja sembari menikmati camilan yang ada. Seringkali sambil menyelesaikan tugas, hingga tak sadar hari mulai sore.
Kadang aku berpikir mengapa aku bisa berganti-ganti teman, tetapi dengan Julia tidak. Aku langsung menandai jika ada teman yang penuh kepura-puraan, atau teman yang datang hanya di waktu senang. Aku tidak akan segan-segan meninggalkan mereka, sementara Julia lebih santai menghadapi tipe seperti mereka.
Bagiku, persahabatan itu seperti telaga yang airnya jernih dan sejuk untuk diminum musafir nan lalu. Tidak semua tempat akan menjadi telaga, dan tidak semua mata air mau memancar ke dalamnya.
Artinya, tidak semua orang bisa menjadi sahabatmu, lalu memberi manfaat dan tidak menyakitimu. Hanya orang pilihan dan orang dengan kualifikasi terbaik yang akan menjadi sahabat sejatimu.
Aku menemukan semua itu ada pada Julia. Teman yang tak pernah iri, dan tak pernah menuntut sesuatu yang tidak bisa kau berikan.