Ramadan yang muram telah berlangsung sejak tahun lalu. Belum terlalu lama karena suamiku meninggal di bulan kedua kelahiran putri kami satu-satunya, Kaila. Dan bulan ini dia harus berulang tahun tanpa ayahnya.
Kupikir Kaila mulai menyukai boneka yang kuletakkan dekat dia duduk, dan menyertainya di stroller saat dia masih bayi. Dia memegang boneka itu, dan mulai tersenyum saat memandangi wajah beruang yang imut.
Tapi aku ingin mencari hadiah yang lain, bukan boneka.
"Oh, maafkan saya. Saya buru-buru ..." kata seorang pria yang baru saja hampir menabrak kami.
Dia sudah pergi tetapi masih berusaha menatapku dan Kaila dari belakang punggungnya.
Apakah dia merasa bersalah ataukah hanya merasa mengenaliku sebagai temannya saat sekolah? Ah, sudahlah.
Sudah beberapa lama mencari, namun hadiah ulang tahun untuk Kaila belum juga kutemukan. Karena bosan akhirnya aku keluar dan berjalan menuruni tangga.
Menaiki lift mungkin akan membuat kami terjebak di dalamnya. Jika tiba-tiba lift mendapat masalah, Kaila bisa kehabisan oksigen dan tewas. Itu tidak boleh terjadi!
Di lantai satu, kerumunan orang memusat pada tulisan "diskon 70%" dan barang-barang di bawahnya.
Aku ingat pernah berada dalam kerumunan seperti itu dan suamiku memilihkan satu benda dengan ukiran klasik. Chandelier, waktu itu aku tak menyukainya sama sekali.