Mainan dan anak, adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dengan bermain, mereka seakan masuk ke dunianya. Tak butuh ayah bundanya lagi, cukuplah teman dan mainan.
Tapi sayangnya, masalah tak selesai sampai di sini.
Tanpa disadari, kita para orang tua sering terjebak pada pola pikir yang sama sekali tak ada dalam pikiran si buah hati.
Apa sajakah? Jangan-jangan kita benar melakukannya.
- Menganggap mainan tertentu lebih baik dari yang lainnya. Beberapa mainan modern dianggap mempunyai nilai edukasi dan bermanfaat. Akhirnya Bunda memilah mainan anak dan menjauhi mainan lainnya
- Menilai kualitas mainan tergantung dari merk-nya. Dengan asumsi ini, Bunda tak segan membayar lebih banyak asalkan bisa memiliki brand ternama
- Mainan mahal lebih bergengsi. Awalnya dari prinsip ada rupa, ada harga. Ujung-ujungnya, Bunda memandang rendah tetangga atau saudara yang hanya mampu membeli mainan anak dengan harga murah
- Jumlah mainan yang banyak, menandakan kasih sayang. Tidak heran jika mainan mudah ditemukan di semua sudut rumah. Di lemari, laci, kardus, bawah tangga, penuh dengan mainan.
- Anggapan tidak mampu membeli mainan untuk anak, adalah hidup yang amat menyedihkan. Hal ini akhirnya mendorong Bunda lebih mementingkan membeli mainan anak, ketimbang menabung untuk biaya pendidikannya kelak
- dan lain sebagainya
Si Bolang dan permainannya
Mari kita sedikit mengingat, bagaimana si Bolang menghabiskan masa kecilnya.
Dengan bermain juga. Persis, tidak berbeda dengan anak-anak kita.
Bagaimanakah cara dia bermain?
Ya, si Bolang biasa berenang di sungai. Menangkap ikan dengan tombak, memanjat pohon kelapa untuk mengambil buahnya, membuat mobil-mobilan dari botol bekas, sampai membuat kerajinan dari bahan tempurung kelapa.
Si Bolang adalah refleksi anak-anak Indonesia di semua penjuru tanah air. Mereka mengisi masa kecil dengan memainkan permainan tradisional. Antara lain sepak bola api, engklek, egrang, tangkep jaran, dan sebagainya.
Dari kesemuanya itu, tanpa disadari anak-anak sudah melakukan olah tubuh, melakukan petualangan kecil di alam, menemukan hal-hal baru, dan melatih cara berpikirnya.