Hampir setiap hari saya menjumpai wanita dengan ekspresi wajah kalut, sedih dan bingung. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang sama, dan sebagian lagi orang yang baru. Hal ini menarik perhatian saya.
Apakah air muka seperti ini wajar ditemukan pada pagi hari? Bukankah seharusnya orang tersenyum dan bersemangat?
Shawn Anchor, penulis buku The Happiness Advantage, mengatakan tersenyum adalah sebuah latihan yang membantu otak menciptakan lompatan kebahagiaan guna mendorong pola pikiran jadi lebih positif.
Saya menduga sebagian orang masih membawa permasalahannya ketika tidur. Atau mereka sulit menyederhanakan persoalan setiap harinya. Akibatnya, secara mental mereka masih merasa lelah ketika bangun tidur.
Apa ini buruk?
Ya, tentu saja. Memori di kepalanya semakin bertambah penuh, dan ruwet (complicated). Pada akhirnya akan tampak seperti benang kusut. Jelas ini akan berdampak pada hari-hari selanjutnya.
Emosi menjadi labil
Pernah menemukan orang yang dulunya biasa saja, sekarang berubah menjadi pemarah? Atau pernah menilai seseorang jauh beranjak tua dari kurun waktu yang ada?
Bukan tidak mungkin, perubahan temperamen dan kesan "cepat tua" didapatkan dari stres yang terakumulasi dan tidak menemukan penyelesaiannya.
Buruknya, bila kondisi ini dialami oleh orang tua, maka anak-anak akan menemukan lingkungan yang toksik dalam keluarga.
Selain dapat mengganggu kenyamanan mereka belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, terutama dapat mempengaruhi kebahagiaan dan pembentukan karakter mereka kelak.
Menurunkan performa kerja