Lihat ke Halaman Asli

Ika Ayra

TERVERIFIKASI

Penulis cerpen

Seperti Apa, Cinta yang Murni Itu?

Diperbarui: 25 Desember 2021   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Seperti Apa Cinta yang Murni itu?| Foto: Mom and daughter photoshoot.com

Ketika saya membaca tulisan (cerpen) Kompasianer Muhammad Andi Firmansyah beberapa waktu lalu, saya tertegun.

Di balik humanisme ceritanya, Andi Firman menyampaikan beberapa hal yang menarik perhatian saya tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.

Cerpen tersebut berjudul Surat untuk Adikku: Ibu Kita Seorang Filsuf

Di dalam kolom komentar, saya mengajukan satu pertanyaan yang dijawab Andi Firman secara lengkap dan jelas.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Andi Firman dan apresiasi saya atas tulisan tersebut, izinkan saya menuliskan kisah love saya dalam peringatan hari ibu 2021.

Hal-hal menarik itu adalah:

  1. Seorang ibu yang baik, mendidik dengan manusiawi. Sebab hanya hewan sirkus yang dididik dengan paksaan dan lecutan tali yang menyakitkan
  2. Seorang ibu yang mendidik dengan harapan, akan menaruh ekspektasi tertentu pada anaknya. Ini semacam transaksi, sementara tak seorangpun suka dibebani
  3. Seorang ibu yang mencintai anaknya secara murni, hanya menginginkan anaknya mendapat kebahagiaan. Ia tidak memberikan embel-embel harapan. Ini disebutnya sebagai motif cinta
  4. Seorang ibu yang cintanya dinodai oleh ego dan menginginkan timbal balik/balasan, layaknya mempunyai motif "dagang". Bahwa dirinya sudah sangat sakit melahirkan anaknya, maka anaknya harus sukses sebagai timbal balik dari rasa sakit tersebut terhadap anak yang dilahirkannya
  5. Seorang ibu yang demikian akan membentuk anaknya mengejar nilai akademis dari gurunya saja, bukan mencintai ilmu pengetahuan itu sendiri

Mendidik adalah kerja dengan proses seumur hidup. Secara bertahap dan mengikuti alurnya. Jadi kuncinya adalah konsistensi dan kesabaran.

Mendidik anak dengan kekerasan (pukulan, tendangan, makian) akan memberi dampak lain yang mengejutkan.

Lazimnya orang tua mendidik anaknya dengan niat sang anak akan memiliki kehidupan yang lebih baik. Tidak mengalami kesuraman seperti yang ada dalam masa lalunya. Tapi bagaimana jika sang anak merasa ditekan?

Contoh: anak harus rajin belajar, mengisi PR dan jangan pernah bolos supaya tidak tinggal kelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline