Lihat ke Halaman Asli

Ika Ayra

TERVERIFIKASI

Penulis cerpen

Wanita di Pinggir Kalbu

Diperbarui: 17 Oktober 2021   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Wanita di Pinggir Kalbu|foto: Kleiton Silva dari unsplash.com


Oktober yang buruk, ketika Denik dan pria itu duduk berhadapan, menikmati hidangan seafood yang terasa hambar. Hembusan angin di pantai Anyer, membuat keduanya bergeming satu sama lain. 

"Mas, kau pernah bilang aku wanita yang pantas dicintai. Ingat?" tanya Denik akhirnya.

Prakasa menatap tepat ke dalam mata wanita di seberang duduknya. Ada sekeping hati yang retak di sana. Berkaca-kaca dan hampir tumpah. Tentu ia masih ingat.

"Oleh orang yang tepat, Sayang. Dan itu bukan aku."

Sepasang bibir mungil terkatup rapat kembali. Diteguknya juice orange untuk menyejukkan tenggorokan yang tiba-tiba kering. Denik tampak begitu menderita.

"Mas juga pernah bilang, kita akan menikah secepatnya, kan?"

"Tapi aku salah. Kita tidak bisa terus memaksa keadaan."

Ah, Denik terhempas. Rasanya lebih menyakitkan dari apapun. 

Setelah begitu banyak waktu terbuang, dan harapan yang membawanya terbang, Mas Prakasa mengatakan penyesalannya?

Pria sama saja, tidak bisa dipercaya. Denik memaki dalam hati. Sepasang matanya nanar memperhatikan lautan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline