Pola komunikasi yang ideal dalam sebuah hubungan percintaan, sama sekali tidak dipengaruhi oleh latar belakang negara dari keduanya.
Pria dan wanita sebangsa dan setanah air pun, mempunyai risiko salah paham, bertengkar, dan bercerai. Tergantung bagaimana mereka menyikapi persoalan yang ada. Mau mengalah demi keutuhan rumah tangga, atau harus selalu menang dan mendominasi.
Hubungan beda negara seringkali diidentikkan dengan perbedaan budaya, maupun kebiasaan sehari-hari. Hal ini memang bisa menimbulkan kesalahpahaman bahkan konflik.
Tetapi, dapat diminimalisir dengan kebijaksanaan hati keduanya. Suami dan istri harus mau saling mengalah, saling menghormati, saling bekerja sama dan selalu menumbuhkan cinta di antara keduanya.
Hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam pernikahan beda budaya adalah perbedaan pola pikir, cara hidup, dan pola asuh anak.
Itulah mengapa pada masa penjajakan diperlukan upaya saling mengenal dan tidak terburu-buru menikah. Sebab semakin sempit waktu, semakin sedikit pula informasi yang akan diperoleh.
Seringkali kita mendengar, cinta dapat menyatukan perbedaan-perbedaan.
Misalnya suami hobi menonton pertandingan sepakbola di rumah. Dengan berjalannya waktu, lambat laun istri pun ikut menemani sebagai sebagai bentuk dukungan dan perhatian.
Contoh lainnya, istri tidak menyukai perayaan-perayaan atau pesta. Maka boleh jadi di waktu-waktu mendatang, suami juga akan mengurangi intensitas mengadakan pesta atau perayaan-perayaan tersebut.
Pernikahan beda negara