Salah satu yang saya rindukan saat berada di perantauan, adalah masjid favorit kota tercinta.
Sejak kecil, saya sholat di mesjid terbesar kedua di Samarinda dan di Kalimantan Timur setelah masjid Islamic Centre ini. Lokasinya berada di tepi sungai Mahakam, jl. KH. Abdullah Marissi kelurahan Pasar Pagi, kecamatan Samarinda Ilir.
Sejarah masjid
Masjid Raya Darussalam Samarinda, dibangun pertama kali, hampir satu abad lalu, yaitu tahun 1925, oleh para saudagar Bugis dan Banjar. Mulanya hanya seluas 25 x 25 m persegi.
Mengikuti perkembangan kota Samarinda yang maju pesat, masjid Raya Darussalam pun mengalami perombakan pada tahun 1953 dan 1967.
Struktur bangunan masjid
Seiring dengan pertambahan jamaah, lokasi masjid diperluas menjadi 15 ribu meter persegi sampai ke jl. Yos Sudarso yang kemudian diresmikan oleh menteri Agama Dr. H. Tarmizi Taher pada 25 Agustus 1997.
Bangunan masjid sendiri mengambil gaya arsitektur Turki Usmani dengan ciri menara bundar, ramping serta tinggi menjulang. Keempat menara berada di empat penjuru bangunan utama masjid.
Kubah, menjadi salah satu keunikan karena diapit oleh delapan kubah kecil yang menempel pada kubah utama. Bagian luar kubah dihiasi ornamen khas sehingga tampak cantik.
Bangunan terdiri dari tiga lantai dan dapat menampung 14 ribu jamaah. Dilengkapi taman, kolam air mancur, klinik dan perpustakaan.
Ruang bagian dalam sangat lega tanpa tiang-tiang penyangga. Lantai mezanin dan lampu-lampu gantung yang cantik, sungguh memesona siapapun yang berada di dalamnya.