Awal tahun 2021 adalah hari dimana pengharapan berjuta kita tentang berbagai aspek kehidupan menjadi lebih baik dari tahun 2020. Harapan tentang hari yang lebih cerah, lebih sehat, dan segala sesuatunya akan berjalan normal kembali. Bahkan jauh-jauh hari sudah diancang-ancang, dunia pendidikan akan membuka kembali sekolah tatap muka seperti sebelumnya.
Sayang seribu sayang, sedikit saja membuka kelonggaran di ruang publik, nyatanya berakibat fatal. Alhasil pada 3 Januari kemarin, menteri pendidikan dan kebudayaan, Nadiem Makarim, resmi membatalkan rencana belajar tatap muka, demi kebaikan bersama.
Jika kita menyayangkan dan bertanya mengapa harus dibatalkan? Tidak lain karena beberapa daerah melaporkan angka penularan kasus corona yang masih fluktuatif dan relatif tinghi serta belum siapnya untuk membuka sekolah tatap muka kembali. Sebut saja: DKI Jakarta, kabupaten Karawang, kota Depok, Tangerang, Bekasi, Jawa tengah, Denpasar dan Jayapura.
Terlebih akhir-akhir ini santer diberitakan tentang virus mutasi yang setidaknya sudah dilaporkan dari tiga negara di Asia Tenggara yaitu: Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Informasi terbaru, laporan kasus ini bahkan datang dari India.
Belum lama ini, Otoritas Kesehatan di Inggris mengumumkan adanya strain atau varian baru dari SARS-CoV-2, pemicu Covid-19. Strain virus corona baru dikatakan dapat menular hingga 71% lebih cepat dibanding virus sebelumnya.
Di Indonesia sendiri, meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus varian baru virus corona asal Inggris, tetapi tidak menutup kemungkinan mutasi tersebut akan masuk ke Indonesia dan lebih menyasar kepada anak-anak. Demikian diungkapkan Amin.
WebMD melaporkan, gejala infeksi antara lain demam, batuk, sesak atau sulit napas, kelelahan, menggigil, dan terkadang gemetar. Bisa juga muncul gejala pegal-pegal, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, kehilangan penciuman, mual, dan diare.