Lihat ke Halaman Asli

Obesitas: Masalah yang Kian Membesar

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image

Oleh: Dr. Anastasia Yoshika B.

Obesitas bukan sekadar kelebihan berat badan. Obesitas adalah kegemukan yang berlebih dan terjadinya penumpukan lemak pada tubuh terutama di bagian lingkar pinggang. Orang yang mengalami obesitas memiliki Body Mass Index (BMI) yang tinggi. Selain masalah penampilan, obesitas juga bisa menjadi penyebab utama munculnya sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kumpulan kondisi atau gangguan medis yang meningkatkan risiko kematian akibat penyakit diabetes dan kardiovaskular.

Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik jika memiliki tiga atau lebih gangguan medis berikut ini :

1. Tekanan darah  ≥ 130/85 mmHg atau sedang dalam terapi obat antihipertensi

2. Gula darah puasa ≥ 100 mg/dL

3. HDL kolesterol

  • M: < 40 mg/dL
  • F: < 50 mg/dL

4. TG ≥ 150 mg/L atau sedang dalam terapi obat antikolesterol

5. Central obesity (lingkar pinggang)

a. Asia

  • M: ≥ 90 cm
  • F: ≥ 80 cm

b. Etnis lain

  • M: ≥40” (94 cm)
  • F: ≥ 34” (80cm)

Bukan cuma berat badan, yang harus diperhatikan adalah penumpukan lemak di daerah lingkar pinggang. Dibandingkan daerah lain, penumpukan lemak di bagian perut ini memiliki risiko timbulnya penyakit yang paling tinggi.

Seperti disebutkan di atas, obesitas juga bisa dihitung dengan BMI. Penghitungan obesitas bisa dilakukan dengan Body Mass Index (BMI) yaitu berat badan (kg) dibagi tinggi badan (meter), jika jumlahnya di atas 30 artinya obesitas. Cara lain yang mudah adalah melakukan pengukuran lingkar pinggang. Jika ukuran lingkar pinggang kita lebih dari 80cm untuk wanita dan 94cm untuk lelaki,  maka artinya orang tersebut mengalami obesitas. Semakin besar lingkar pinggang dan BMI, semakin tinggi risiko terkena serangan jantung, diabetes, stroke, tekanan darah tinggi, dan beberapa jenis kanker.

Standar Obesitas dengan Perbandingan BMI (kg/m) dan Ukuran Lingkar Pinggang (cm):

image

Obesitas bisa terjadi karena perpaduan antara genetik dan lingkungan. Stres, gangguan pencernaan, pola makan yang buruk—-makanan berlemak, kebiasaan makan malam hari—-begadang, kurang olahraga merupakan penyebab di antaranya. Gaya hidup semacam ini ditambah dengan lingkungan yang memanjakan gerak tubuh menyebabkan meningkatnya mereka yang mengalami sindrom metabolik. Apalagi ditambah dengan penggunaan teknologi yang membuat orang makin malas bergerak dan lebih memilih untuk duduk dan online. Padahal sindrom metabolik ini bisa dicegah dengan mempertahankan berat badan normal, makan makanan sehat, dan berolahraga.

Kegemukan menunjukkan ada yang salah dalam sistem metabolisme tubuh kita dan menjadi sistem peringatan kesehatan dini. Jika seseorang sudah mengalami obesitas, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi berat badan dan terutama mengurangi penumpukan lemak di perut. Antara lain:

  • Minum air putih secara teratur, hindari minuman bersoda yang mengandung banyak gula.
  • Makan sedikit-sedikit. Lebih baik makan 5 kali sehari tapi dalam porsi lebih kecil dibanding makan 2 kali tapi porsi berlimpah.
  • Jika ingin berdiet, jangan lewatkan sarapan. Tubuh tidak bisa membakar kalori dengan baik jika tidak mendapat asupan makanan pada pagi hari. Akibatnya kita malah jadi makin sering lapar dan mencari camilan yang mengandung gula.
  • Makan pelan-pelan dan nikmati setiap suapannya.
  • Jangan ngemil sambil nonton televisi, karena kita makan tanpa menyadari berapa banyak yang sudah masuk ke tubuh kita.
  • Olahraga.
  • Jika malas berolahraga, lakukan kegiatan pekerjaan rumah seperti mencuci, membersihkan rumah, berkebun setiap hari.
  • Gunakan tangga untuk naik-turun daripada menggunakan lift.
  • Tidur cukup. Kurang tidur menyebabkan berat bertambah karena saat kita kurang tidur hormon yang merangsang rasa lapar juga meningkat sehingga kita makan lebih banyak.

#HealthIndonesia

http://health-indo.com/post/58299147409/obesitas-masalah-yang-kian-membesar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline