Lihat ke Halaman Asli

Catatan 16 Tahun PAN: Ikhtiar Mewujudkan Partai yang Populis

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411397763472127173

[caption id="attachment_343851" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber Foto: website dpp pan"][/caption]

Baru saja Partai Amanat Nasional (PAN) merayakan ulang tahunnya yang ke-16. Ulang tahun di saat semua partai politik tengah mengalamai tantangan yang berat.

Selain sulitnya membangun kekuatan internal partai, tantangan terberat lainnya adalah terjadinya defisit kepercayaan publik pada partai politik itu sendiri. Tentu situasi ini bermula dari tidak konsistennya partai-partai dalam merealisasikan apa-apa yang pernah dijanjikannnya kepada masyarakat ketika pesta demokrasi pada 9 April 2014 yang lalu.

Sebagai partai yang lahir dari rahim reformasi, PAN akan terus memerlukan lompatan-lompatan besar ke depan, sehingga dapat memperkuat posisinya di masa yang akan datang dengan gerakan-gerakan yang peduli dengan kepentingan rakyat, penguatan demokrasi bangsa, pendidikan politik, juga membangun manajemen kepartaian yang modern sehingga mampu menyelesaikan permasalahan krusial yang terjadi di internal partai maupun di tengah masyarakat.

Tentunya semangat tersebut tak akan bermakna sama sekali bila tidak digerakkan oleh kekuatan sumber daya manusia yang mumpuni dan sungguh-sunguh, yaitu sumber daya kader partai yang memiliki kualitas individu, integritas moral serta etos kerja yang baik.

Dalam konteks memajukan PAN ke arah yang lebih baik inilah, menurut hemat saya ada beberapa hal penting yang harus segera diagendakan untuk kemudian direalisasikan PAN ke depan, yaitu:

1. Penguatan Infrastruktur dan Jaringan Partai.

Demi kelangsungan dan kejayaan PAN, maka salah satu hal penting yang harus dilakukan adalah, menata jaringan dan infrastruktur partai, sehingga seluruh potensi kekuatan yang berada di bawah naungan PAN tetap eksis dan memiliki hubungan yang sinergis. Upaya ini harus dimulai dengan membentuk organisasi yang efektif dan efisien, yaitu organisasi yang didukung oleh sumber daya kader yang memiliki semangat baja serta ketulusan untuk membesarkan partai.

Dalam hal ini, PAN perlu mengembangkan tata kelola partai yang bersih, sehat dan demokratis. Sejauh ini, banyak kalangan menilai bahwa partai politik masih identik dengan ketidak-becusan elitnya dalam mengelola organisasinya, yang kemudian memperburuk citranya di mata masyarakat. Hal ini harus segera dibenahi atau ditata dengan maksud menerapkan mekanisme kerja yang egaliter, transparan, partisipatif sebagaimana cerminan PAN sebagai partai modern.

2. Menjaga dan Merawat Soliditas Organisasi.

Secara faktual, dinamika dalam partai adalah sebuah keniscayaan, karena melalui dinamika itu PAN dibesarkan. Akan tetapi, dinamika itu harus dipandu oleh aturan main yang jelas dan juga gagasan besar atau platform. Sehingga dalam perjalanannya tidak mengalami penyimpangan-penyimpangan.

Soliditas bukan berarti menafikan keberagaman dan perbedaan. Justru melalui keduanya itulah solidaritas dan soliditas PAN terjaga. Yang lebih penting adalah bagaimana mengelola keberagaman dan perbedaan menjadi sinergisitas terhadap PAN.

Bukankah sedari awal PAN dibangun di atas fondasi perbedaan dan pluralitas? Fondasi ini yang menjadikan PAN sebagai partai terbuka yang dinamis. Dengan demikian, soliditas dipahami bukan sebagai sikap kompromi apalagi, harmonisitas. Dalam konteks ini, beberapa hal penting yang harus juga ditingkatkan kualitasnya dalam rangka menjaga soliditas PAN adalah menjunjung tinggi etika dan moralitas, aturan main partai, serta menjunjung tinggi cita-cita bersama.

3. Penguatan Kaderisasi dan Ideologi Partai.

Bagi PAN, kader adalah motor penggerak perjalanan organisasi. Kader bukan semata-mata menjadi anggota an sich, tetapi kader adalah tulang punggung partai. Oleh karena itu, untuk menjadikan PAN survive dan memiliki anggota yang berkualitas dibutuhkan sarana-sarana perkaderan yang memadai.

Selain itu, sudah saatnya PAN kembali merumuskan dan mendalami ideologi yang selama ini cendrung diabaikan. Di zaman pragmatis seperti sekarang ini, banyak kader partai yang lupa diri, seolah-olah kaderisasi dan ideologi tidak penting lagi. Segalanya diukur dengan uang, dimana perjuangan atau semilitan apapun kader selalu dikalahkan oleh mereka yang berduit. Hal ini berbahaya, karena kader-kader bisa rusak mentalnya akibat jebakan pragmatisme.

Ke depan, harus ada pendidikan kader yang sistematis agar setiap kader minimal memiliki pemahaman yang cukup mengenai visi dan misi partai, platform perjuangan serta peran partai dalam sistem demokrasi. Dalam kaitannya dengan itu, maka rekrutmen kader harus selektif atas dasar komitmen dan kapasitas. PAN adalah alat perjuangan, bukan sekedar tempat mengadu nasib, sambilan dan asal-asalan. Oleh karenanya, PAN harus membenahi inputnya dengan cara merekrut para calon kader yang memiliki komitmen jelas, dedikasi serta kesungguhan dalam membangun partai. Jangan sampai PAN hanya menampung para aktor avonturir yang kerjanya berpindah-pindah partai, tidak jelas arah dan komitmennya.

4. Mewujudkan PAN Sebagai Partai yang Populis.

Sebagaimana kita ketahui bersama, partai politik merupakan salah satu instrumen penting dalam demokrasi modern. Secara teoritik, partai politik merupakan aktor utama yang dapat menghubungkan masyarakat dengan proses-proses pemerintahan, yang mana salah satu tugas yang harus diembannya adalah memperjuangkan kepentingan rakyat. Oleh karenanya, satu hal yang harus terus kita pertajam adalah usaha menderefasi seluruh gagasan besar PAN dalam kerja-kerja nyata yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyentuh lapisan masyarakat.

Sudah saatnya kita dapat membuktikan, bahwa PAN adalah partai harapan masyarakat. Yaitu partai yang bukan semata-mata ingin mencari dan memenangkan kekuasan politik tetapi lebih dari itu, yakni partai yang memang lahir untuk membela dan memperjuangkan kepentingan masyarkat. Ide dan pemikiran itulah yang harus kita kedepankan menjadi dasar perjuangan PAN sekaligus untuk merebut simpati dan dukungan rakyat.

Dalam konteks ini, PAN perlu segera membuat acuan program kerja yang jelas dan sistematik. Mungkin selama ini PAN sudah memiliki visi dan misi serta platform dan rencana kerja yang baik, hanya saja program-program yang dilaksanakan PAN selama ini belum dirumuskan dengan mempertimbangkan kondisi obyektif, serta orientasi-orientasi yang berpatokan pada skema ideologi PAN.

Banyak kegiatan yang instan, sangat artificial, bahkan hampir tak mempertautkan antara pendekatan strategi pragmatis dan misi ideologi PAN. Sehingga banyak program kerja PAN berlalu begitu saja tanpa memiliki makna dan dampak bagi perluasan jaringan dan penguatan dukungan terhadap PAN.

Ke depan, PAN perlu menyusun dan melaksankan program yang konsisten selama lima tahun, dan senantiasa dievaluasi untuk memastikan apakah capaian-capaian strategis itu bermanfaat bagi konstituen, bagi PAN dan dinamika politik nasional. Jangan sampai PAN baru mulai sibuk bekerja pada satu tahun menjelang pemilu. Hal ini hanya akan memburuk eksistensi PAN sebagai partai yang tidak memperhatikan nasib konstituennya dan bangsa secara keseluruhan.

Tantunya ini merupakan kerja berat dengan agenda besar yang sesungguhnya akan menghadang partai yang kita cintai ini di tengah perjalanannya. Ekspektasi kita, dengan semangat kebersamaan dan komitmen serta konsistensi semua elemen partai maka segalanya akan menjadi terasa mudah.

Tebet, 23 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline