Adab lebih utama ketimbang ilmu, seseorang yang memiliki adab yang baik walaupun sedikit ilmu, lebih mulia ketimbang orang yang mempunyai ilmu tinggi, tetapi tidak mencerminkan adab atau akhlak yang baik.
Banyak orang di luaran sana yang sombong, ketika dia mampu memiliki ilmu dan memandang rendah orang lain.
Ini jelas sangat tidak mencerminkan pribadi yang berilmu. Karena sejatinya semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin baik pula akhlaknya. Padi, yang nasinya setiap hari kita makan itu, mengajarkan filosofi hidup "semakin berisi, semakin merunduk." Falsafah yang dekat dengan kita sejak kecil ini, maksudnya mau bilang bahwa manusia nggak sepantasnya sombong. Sikap sombong hanya akan menghancurkan kita sendiri, bersikaplah rendah hati.
Jangan sampai kita terlalu sibuk menuntut ilmu sampai lupa mempelajari adab. Lihat saja sebagian kita, sudah mapan ilmunya, banyak mempelajari tauhid, fikih dan hadits, namun tingkah laku kita terhadap orang tua, kerabat, tetangga dan saudara muslim lainnya bahkan terhadap guru sendiri jauh dari yang di tuntunkan oleh para salaf.
Agama mengajarkan kita untuk bersikap baik, sopan santun, rendah hati kepada siapapun, walau sudah mempunyai banyak ilmu haruslah di barengi dengan adab, akhlak atau perilaku yang baik.
Dikutip oleh, muslim.or.id
Bukankah para ulama sudah mengingatkan untuk tidak meninggalkan mempelajari masalah adab dan akhlak. Namun barangkali kita lupa? Barangkali kita terlalu ingin cepat-cepat bisa kuasai ilmu yang lebih tinggi? Atau niatan dalam belajar yang sudah berbeda, hanya untuk mendebat orang lain?
Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
"Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu."
Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,