Keberadaan ekosistem terumbu karang sering dikaitkan dengan keindahan alam bawah laut yang beraneka warna. Airnya jernih dan tampak didalamnya biota laut yang bermacam ragam. Panorama yang luar biasa ini sangat bernilai sehingga bisa dikembangkan menjadi wisata menyelam asalkan keanekaragaman hayatinya tetap terjaga. Kekayaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP) ini harus dapat mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.
Terumbu karang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, terutama hewan karang bersama-sama dengan biota lain. Hewan karang kelas Anthozoa ini bersimbiosis dengan tumbuhan alga yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karang sehingga butuh cahaya untuk fotosintesis.
Hewan karang terdiri dari polip (bagian yang lunak) dan skeleton (bagian yang keras). Polip dilengkapi tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya. Setiap polip karang mengsekresikan zat kapur CaCO3 yang membentuk kerangka skeleton karang.
Karang hidup membentuk koloni yang dibentuk oleh ribuan polip yang tumbuh dan bergabung menjadi satu koloni. Juga ada yang hidup soliter tidak membentuk koloni namun jumlahnya sedikit (Puslit Oseanografi-LIPI).
Kabupaten Sukabumi dengan panjang garis pantai 117 km dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, memiliki 11 titik terumbu karang, antara lain Pantai Ujunggenteng, Pantai Karangnaya Palabuhanratu, Pantai Pamipiran Simpenan, Pantai Minajaya Surade, Pantai Cilegok, Karangrapak,Cikepuh dan Sodongparat Ciemas yang luasnya mencapai 1.305 (seribu tiga ratus lima) hektar (Perda Kabupaten Sukabumi terkait Tata Ruang Wilayah dalam SUKABUMIUPDATE.com).
Umumnya terumbu karang Kabupaten Sukabumi berada pada kawasan konservasi maupun daerah perlindungan satwa. Sebagaimana diketahui di Kabupaten Sukabumi terdapat Ciletuh-Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG) yang menampilkan keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity) di delapan kecamatan, tujuh diantaranya merupakan kecamatan pesisir (Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap dan Surade.
Juga didalamnya terdapat habitat peneluran dan penangkaran penyu (terutama penyu hijau (Chelonia mydas), baik yang dikelola Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, yaitu "Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan" maupun kawasan "Konservasi Suaka Alam" yang dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Ekosistem terumbu karang Kabupaten Sukabumi memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup penyu hijau tersebut karena merupakan tempat mencari makan penyu dan anak penyu. Diistilahkan sebagai "meja makan" penyu hijau yang tergolong herbivora sehingga kebanyakan memakan lamun dan alga.
Dalam upaya menjaga kelestarian SDKP tersebut, pemerintah pusat/provinsi/kabupaten bersama stake holder dan lembaga lain yang peduli pelestarian melakukan pembinaan dan bimbingan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, bahwa ada dua kelompok masyarakat yang menaruh perhatian lebih terhadap keberadaan terumbu karang di lingkungannya, yaitu Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Genteng Nusantara Ujunggenteng Kecamatan Ciracap (Ketuanya Pak Sambas) dan Pokmasi (Kelompok Masyarakat Konservasi) Mandrajaya Kecamatan Ciemas (Ketuanya Pak Opik).
Memang dengan merebaknya pandemi covid-19 kegiatan kelompok masyarakat relatif sedikit. Walaupun demikian kegiatan yang pro pelestarian SDKP tetap dilakukan bersama para pihak, seperti transplantasi karang.