Masjid merupakan tempat ibadah paling candu bagi umat muslim, di mana masjid merupakan tempat utama masyarakat berkegiatan berjamaah mulai dari ibadah salat sampai dengan kenduri-an.
Setiap desa dan kota memiliki ciri yang khas dan masjid yang berupa-rupa, tidak hanya dihadirkan sebagai fasilitas rumah ibadah, masjid juga dibuat dengan keindahan dan kenyamanan yang selalu menjadi tempat pemberhentian bagi pengelana jalanan.
Saya dan teman-teman selalu suka beristirahat di masjid mana pun ketika kami ingin sembahyang di kala sedang melakukan perjalanan. Suasana yang sejuk dan alami selalu membuat nyaman dan tentram. Belum lagi lantunan ayat Quran yang selalu bergema dan suara imam yang merdu membuat suasana menjadi semakin syahdu.
Dari sekian banyak masjid yang pernah saya datangi, Masjid Merah selalu menjadi yang paling saya senangi. Tentu saja tidak setiap orang bisa berkunjung dan memasukinya, karena Masjid Merah merupakan sebuah Masjid yang terletak di dalam Pesantren khusus Putri di Pondok Al-Fatah Temboro yang berada di Magetan Jawa Timur.
Temboro lebih dikenal dengan kampung Madinah, di mana jika kalian berkunjung ke sana maka kalian akan mendapati sebuah perkampungan yang berpemandangan islami, tepatnya kalian akan mendapati semua santri dan penduduk yang berpakaian layaknya Arabi.
Jika kamu perempuan dan berkunjung ke sana tapi tidak bercadar maka niscaya yang kamu rasakan adalah telanjang. Inilah pengalaman pertama saya ketika pertama kali datang ke sana, kebetulan saya mendapati tugas dari Tebuireng untuk observasi di sana selama kurang lebih sebulan.
Tentu saja kunjungan pertama kali kami belum memakai pakaian seba hitam dan cadaran, dan sebenarnya kami juga tidak dituntut untuk berpakaian layaknya mereka, namun rasa malu dan ketelanjangan dari diri kami serasa mencuat sehingga membuat kami tahu diri dan segera berpakaian Arabi.
Pondok Putri Al-Fatah Temboro terbagi menjadi dua, Pondok Utara dan Tahfidz, kebetulan kami ditempatkan di Pondok Tahfidz, di dalam Pondok inilah terletak Masjid Merah yang saya bilang saya senangi. Bangunannya sama saja dengan bangunan Masjid lainnya, namun lebih seperti bangunan tua yang nyentrik, memiliki teras yang luas guna tempat mengaji, karena santri di sini ribuan, maka bangunan dalam masjid saja tidak akan mencukupi.
Setiap jam tiga pagi, kami semua sudah berada di Masjid guna berdzikir sampai menjelang Shubuh, hampir setiap pengajian besar selalu diadakan di masjid, bahkan juga berfungsi sebagai kelas. Layaknya sebuah pondok pesantren, masjid ini tidak pernah sepi, selalu saja terdapat santri-santri yang mengaji dan menghafal kalam ilahi.
Mengapa masjid ini yang paling saya sukai? Karena di Masjid ini saya merasakan kelapangan hati dan ketentraman sejati, rasanya sangat langka bisa mendapati perasaan seperti itu saat kita hidup dalam fasilitas duniawi.