Lihat ke Halaman Asli

Ayla FarahKalila

Mahasiswa FK Undip 2017

Mahasiwi Universitas Diponegoro Turut Andil dalam Mengubah Pola Pikir Masyarakat Menghadapi Pandemi Covid-19

Diperbarui: 8 Agustus 2020   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar (8/7) kegiatan koordinasi sekaligus memohon perizinan dengan ketua RW10 Kelurahan Rawamangun (Dokumentasi pribadi)

Rawamangun, Jakarta Timur (8 Agustus 2020), seorang mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Diponegoro, Ayla Farah, telah melakukan sosialisasi bertema “Mengupas Kehidupan New Normal” dan “Lansia Siap Hadapi New Normal”. Tema ini diangkat berdasarkan kondisi dan prioritas masalah yang dihadapi oleh warga di wilayah RW10 Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

Kegiatan sosialisasi ini merupakan program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tim 2 tahun ajaran 2019/2020 sebagai salah satu syarat lulus strata-1. Program kegiatan yang dilakukan mengacu pada tema umum KKN kali ini, yaitu “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid 19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)”. Penyesuaian pemilihan lokasi KKN terhadap pandemi covid-19 disesuaikan dengan domisili mahasiswa sejak 5 Juli 2020. Rangkaian kegiatan KKN dilaksanakan mulai tanggal 5 Juli – 15 Agustus 2020. Penyesuaian lain KKN selama pandemi adalah koordinasi dengan dosen pembimbing KKN dilakukan secara online.

Survey lokasi untuk mendapatkan data geografis dan demografis dilakukan pertama kali untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di wilayah RW10 Kelurahan Rawamangun. Koordinasi dengan perangkat RT/RW-pun telah dilakukan agar tujuan dan manfaat dari program ini tepat sasaran. Sekitar 55% dari penduduk RW10 adalah orang dewasa dimana mereka mendapatkan infromasi terkait pandemi covid-19 ini berasal dari berbagai macam sumber. Terkadang informasi dapat bertentangan dengan informasi lainnya bahkan membuat warga salah pengertian. Sebanyak 20% dari penduduk wilayah ini dipenuhi oleh orang lanjut usia (lansia) dengan mayoritasnya memiliki penyakit degeneratif atau penyakit karena penuaan seperti hipertensi dan diabetes mellitus. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa gejala covid-19 yang dialami oleh lansia akan lebih parah jika dibandingkan dengan orang dewasa. Terlebih lagi pada lansia dengan penyakit komorbid. Keprihatinan pun timbul. Tidak jarang lansia ini tinggal dengan orang dewasa yang perlu bekerja di luar rumah sehingga risiko penyebaran covid-19 meningkat jika warga tidak mentaati protokol kesehatan. Adanya pandemi covid-19 juga menjadi salah satu penghalang lansia untuk tidak melakukan kontrol rutin ke dokter terkait penyakit yang dimilikinya.

Sosialisasi seputar apa itu covid-19 dan penyebabnya, gejala yang timbul, bagaimana penyebarannya, bagaimana pencegahannya, mengapa menerapkan protokol kesehatan itu penting, apa yang sebenarnya disebut dengan new normal atau yang sekarang disebut adaptasi kebiasaan baru, pentingnya mendisinfeksi barang-barang secara berkala hingga cara pembuatan cairan disinfektan terangkum dalam suatu booklet berjudul “Kupas Tuntas New Normal”. Booklet diberikan setelah selesai pemaparan singkat dengan media poster. Proses sosialisasi dilakukan secara door to door dan ditemani oleh kader jumantik agar warga lebih dapat menerima kedatangan mahasiswa di rumah. Penerapan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, rutin mencuci tangan, dan menjaga jarak dilakukan oleh mahasiswi dan warga untuk mencegah penyebaran covid-19 selama sosialisasi. Pretest dan posttest sosialisasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pengetahuan warga sebelum dan sesudah sosialisasi. Program ini ditujukan untuk warga RW10 Kelurahan Rawamangun.

Gambar (22/7) suasana sosialisasi “Kupas Tuntas New Normal” di salah satu rumah warga RW10 Kelurahan Rawamangun (Dokumentasi pribadi)

Menanggapi jumlah penduduk lansia dengan penyakit degeneratif, mahasiswi menuliskan cara-cara lansia menghadapi new normal atau adaptasi kebiasaan baru  di booklet berjudul “Lansia Siap Hadapi New Normal”. Saran makanan dan aktivitas juga dijelaskan untuk menstabilkan kondisi lansia. Booklet dibagikan setelah warga mendengar penjelasan ringkasan dari buku tersebut dengan media poster. Seluruh masyarakat menyambut hangat program ini yang dibuktikan dengan antusiasme warga setelah dilontarkan pertanyaan “Apakah bapak/ibu ada pertanyaan?”. Mereka bertanya secara aktif dan mendengarkan dengan seksama pemaparan yang diberikan.

Gambar (29/7) setelah selesai sosialisasi program “Lansia Siap Hadapi New Normal”

Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan awareness terhadap pandemi covid-19. Kegiatan ini juga menjadi bekal masyarakat untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru. Dengan pengetahuan dan awareness yang tinggi, penerapan adaptasi kebiasaan baru lebih mudah terlaksana sehingga penyebaran covid-19 dapat ditekan. Sosialisasi yang dipandang hanya memberikan informasi, pada kenyataanya dapat mengubah pola pikir masyarakat. Tidak tahu menjadi tahu, tidak mau menjadi mau, hingga tidak bisa menjadi bisa.

Author: Ayla Farah Kalila - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline