Lihat ke Halaman Asli

Ayi Yuliandari

Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia

Pendidikan Karakter pada Anak-anak Melalui Dongeng di Lingkungan Cimoyan

Diperbarui: 16 Agustus 2022   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, pendidikan karakter tengah gencarnya digalakan di lingkungan sekolah, khususnya untuk usia peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah. 

Melansir https://www.kemdikbud.go.id/, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) UPI ini, salah satu mahasiswa prodi PGSD dari Kampus Daerah Serang, yaitu Ayi Yuliandari melaksanakan pembacaan dongeng atau cerita anak di Lingkungan Cimoyan, Kelurahan Sepang, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten.

Antusiasme anak-anak yang berkumpul dan mendengarkan sangat positif dan senang saat mendengarkan cerita “Batu Menangis” dan “Danau Toba”. 

Hal tersebut dapat dilihat dari reaksi anak-anak yang serius saat mendengarkan, responnya pun sejalan dengan cerita yang dibawakan, anak-anak juga sudah bisa memberikan komentar atau tanggapan sesuai adegan dari cerita yang dibacakan.

“Dosa,” ucap Aulia, salah satu anak yang mendengarkan cerita Batu Menangis saat Putri (tokoh utama) bersikap malas dan juga tidak mengakui ibunya kepada orang-orang yang bertanya. 

Selain itu, anak-anak dapat menangkap pesan moral dari cerita yang telah dibacakan dengan baik. Aulia, Mikayla, dan teman-temannya bisa menyimpulkan bahwa perbuatan Putri dalam Batu Menangis dan Petani dalam Danau Toba (yang melanggar janjinya) adalah perbuatan tidak baik dan tidak patut untuk ditiru (Putri yang tidak mengakui ibunya dan petani yang tidak menjaga ucapannya).

Harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diterapkan dalam pembacaan kedua cerita (Batu Menangis dan Danau Toba) bisa dilaksanakan oleh anak-anak dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik).

Pada olah hati (etik), anak-anak memiliki perasaan, sikap, dan keyakinan/keimanan yang menghasilkan pribadi jujur (afektif). Pada olah rasa (estetis), emosi jiwa anak-anak dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. 

Pada olah pikir (literasi), anak diajarkan untuk berpikir sebelum bertindak dan ada sebab-akibat atas perbuatan yang telah dilakukan. Pada olah raga (kinestetik), yaitu gerak anak dalam perbuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline