Lihat ke Halaman Asli

Mental yang Sehat, Obat untuk Menghadapi Tantangan Hidup

Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental adalah aspek yang tak terpisahkan dari kesejahteraan individu, masyarakat, dan sistem kesehatan global. Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah kesehatan mental semakin diakui sebagai salah satu tantangan kesehatan utama yang mendesak. 

Di tengah tantangan ini, Hari Kesehatan Mental Sedunia pada tanggal 10 Oktober 2024 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mental sebagaimana kita menjaga kesehatan fisik. 

Meskipun isu kesehatan mental semakin banyak dibicarakan, tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan kesadaran dan akses terhadap layanan kesehatan mental masih sangat besar. Apakah peringatan ini mampu membawa perubahan nyata dalam pola pikir masyarakat global mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar satu dari delapan orang (lebih dari 970 juta orang) di dunia hidup dengan masalah mental baik berupa depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling umum, telah menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. 

WHO memperkirakan bahwa sekitar 280 juta orang menderita depresi. Gangguan kecemasan juga menempati urutan teratas dengan angka prevalensi mencapai lebih dari 300 juta orang. 

Lebih parah lagi, WHO mencatat bahwa hampir 800.000 orang meninggal setiap tahun akibat bunuh diri, yang banyak di antaranya terkait dengan gangguan mental. Tingginya angka prevalensi ini diperburuk oleh kesenjangan besar dalam akses terhadap layanan kesehatan mental, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Kondisi ini memiliki dampak besar tidak hanya pada kualitas hidup individu yang mengalaminya, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat secara lebih luas. Di berbagai negara berkembang masih banyak stigma sosial bahwa orang-orang dengan masalah kesehatan mental sering dianggap lemah, tidak cukup "kuat", atau bahkan diabaikan oleh keluarga dan masyarakat. 

Kelompok yang berisiko tinggi terkena depresi dan kecemasan meliputi: perempuan, remaja dan dewasa muda, lansia, individu dengan penyakit kronis, pengangguran dan individu dengan ketidakamanan ekonomi, pekerja di lingkungan stress tinggi. Depresi dan kecemasan umunya dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, psikologis, dan biologis, genetika, pengalaman hidup, dan kondisi kesehatan.  

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, penting bagi kita untuk berperan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Jadikan "Lingkungan adalah Obat, Makanan adalah Obat, Hati Gembira adalah Obat, Orang Sekitar Kita adalah Obat", Mainset ini mengingatkan kita bahwa kesehatan bukan hanya sekadar mencegah penyakit, tetapi juga menciptakan kondisi yang mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan sosial.

 Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang bersih sehat, akses terhadap udara bersih, air yang aman, dan ruang hijau yang terbuka dapat meningkatkan kualitas hidup. 

Di tempat kerja, manajemen perlu peduli terhadap kesehatan mental karyawan agar lebih meningkatkan produktivitas kerja dan kebahagiaan karyawan secara keseluruhan. Begitu pula dengan makanan seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein berkualitas, memberikan energi dan mendukung fungsi tubuh yang baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline