wajah cantikmu...
bukanlah yang selalu membuatku teringat akan dirimu
bukan pula karena sang waktu, atau
kebersamaan yang lama pernah mengikat,
atau dalam kebaikan yang melekat,
melainkan pesan dari jiwa saat aku harus menatap mimpi yang jauh lebih sempurna:
akhir(at) yang baik.
yang harus kau tahu...
aku tak pernah menganggapmu sempurna
tak pula aku mendambakanmu untuk menjadi kekasih yang setia, meski memang itu pernah terjadi
(aku tak bisa menamakan ini kesedihan atau bahkan kesenangan!)