Lihat ke Halaman Asli

Jangan Puasa karena Pahala atau Niat Taqorrub?

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sayyed ep Bikailarobbi Tahun kemaren Sayyed menulis tentang batalnya puasa mayoritas manusia jika dilihat dari prespektif hakiki. Sayangnya hal ini jarang disadari bahkan oleh penulis yang kerap terjerumus oleh bisikan-bisikan tanpa dasar. Bagaimanapun timbal balik dari setiap ritual tergantung kuwalitas manusia dalam mengerjakannya. Ada apa dengan pahala dan niat Taqorrub? Bukankah puasa kita memang mengharapkan si Royyan – sebuah nama atau pintu sorga-  yang kelak Allah buka untuk hambanya yang mengerjakan puasa dengan penuh imanan wah tisaban. Mental buruh yang menjangkit manusia awam adalah hal yang normal. Disetiap pekerjaaan yang sebenarnya  bentuk pengabdian tanpa pamrih tapi masih saja terbesit embel-embel  sallary dan bonus yang akan didapatkan. Dan pada akhirnya kita akan menjawab ini dengan membalikkan nas Qur’an dan Hadis yang memang menjajinkan garansi berupa Ghufiro ma taqoddma min dzambihi wa ma Taakkhor.  Atau tentang pintu surga Arroyyan yang disebut dalam Hadis nabi. Nabipun Tak Masuk sorga Karena Amal Baiknya? Jika manusia sekaliber Rasulullah Muhammad saja menyatakan dirinya tidak akan bisa masuk sorga karena amal perbuatannya, bagaimana dengan mayoritas umatnya yang tercetak sebagai pendosa. Para sahabat  bingung dengan keterangan sang Nabi. Dan Rasulullah menjawab : semua manusia tidak akan bisa masuk sorga dengan amalnya, kecuali hanya kasih sayangNya lah yang akan mengantarkan umatNya ke surga. Adanya derajat surga yang berbeda-beda akan menyeleksi semua manusia, siapakah mereka yang terbaik dalam amal perbuatannYa.  Karenanya amal baik bukanlah tolak ukur. Tapi sifat maha kasihNya lah yang akan menentukan ini semua. Ibadah Dengan Niat Taqorrub, Salah! Dalam setiap ritual ibadah, Niat merupakan inti dari pergerakan hati dan anggota badan seseorang. Bukankah dalam niat ibadah jelas tertera LILLAHI TA’aLa. Dua kalimat inilah yang sering dilupakan manusia awam sehingga dengan atau tidak sadar kita sering mengait-ngaitkan ibadah dengan imbalan berupa kedktekatan (taqorrub) dan semua hal yang secara langsung merusak nilai LILLAHI TA’ALA-nya adalah bukti dari sirik khofi  (menyekutukan, ria-pamer, dan harapan terselubung). Bukankah Allah swt  menginginkan manusia beribadah hanya untuk DIA saja tanpa embel-embel. Masalah Taqorrub, menjadi dekat dengan Allah, meraih keberkahan kemudahan hidup dan surga sekalipun itu semua hanyalah efek samping  atau bonus yang diberikan Allah swt bagi mereka yang mengerjakan ibadah sesuai kriteria dan standar syariah lahir .

“Mungkin saja seseorang yang telah naik derajatnya -sehingga merasa lebih dekat kepada Allah Swt-, kemudian Allah bertanya kepadanya: Kembalilah kamu, kamu bukanlah Ahli Taqorrub. Karena Ahli Taqorrub yang sebenarnya adalah mereka yang beribadah hanya karena menuruti perintahKu dan menjalankan kewajiban atas HaqKU.”

Refer: Minahussaniyah Sya’roni Rules Dan guru-guru mulia Sayyed Ep . La Haula Wala Quwwata illa Billah Robbana Dolamna Anfusana wainlam Taghfirlana wa tarhamnaa lana kunannna minal Khosirien Next : Rahasia dibalik Ucapan Ramadhan Kariem Inilah Malam (lailatul) Qadar yang sesungguhnya Merusak hati dihari yang Fitri Pengalaman Tidur disamping Jasad Rasulullah Jambret Masjidil Harom

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline