Lihat ke Halaman Asli

Tangisan Kayu, Guru, Ibu dan Seorang Gadis

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1349072397449097698

[caption id="attachment_201975" align="alignnone" width="849" caption="ayep2pac"][/caption]

Aku Merindukan  Air matamu

Meditasi, melakukan perenungan dan pengurungan diri bagi jiwa-jiwa yang kosong selintas hanya membuat hati akan terjerembab dalam fatamorgana keabadian para penikmat kasih yang sesungguhnya. Mulailah memulainya!

Meditasi bagi mereka yang telah menemukan jalanNya, merupakan sebuah klimaks yang sulit untuk ditinggalkan, kehadirannYa begitu nyata hingga deraian air mata yang kerap merembas dari balik kelopak itu seolah ingin bersaksi menguatkan lisan yang telah kehabisan kata-kata.   kasihMu  sangat luas dan siksaMu teramat pedih!

Sesedikit apapun waktu dan kesempatan untuk melakukan itu, maka sesungguhnya manusia sedang dipaksa  untuk mengingatNya, walupun mayoritas tidak pernah  merenungkan tentang kebesaran-kebesaran  anugrahNya  dengan seksama. Apalah artinya mensucikan diri dari hadas kecil dan besar sebelum menyapaMu dengan penuh kehidmatan?

aku tidak bisa melakukannya dengan khidmat..? perasaan ini pasti ada. tidak pernah  khidmat, khusuk dan hilangnya ketenangnya hati maupun fikiran  adalah makayid   atau godaan yang sering  mengurungkan niat baik setiap manusia  untuk memfokuskan sedikit waktu bersamaNya  demi  menjauhi khalayak ramai agar tidak mencederai mulut, mata  tangan, kaki  dan seluruh tubuh manusia   yang bergerak  tanpa ada kontrol penuh hingga  melukai sesama, Rasulullah dan KAMU!

Terkecuali manusia, ternyata semua mahlukNya melakukan meditasi dengan penuh  kesungguhan.  Walaupun tanpa akal, mereka sangat jeli dengan panca inderanya. Hingga seonggok kayu pun lebih memilih untuk bisa masuk sorga bersama sang Rasul di akherat kelak. Sesenggukan dari  suara tangis kesedihan kayu itu pun di dengarkan para sahabat nabi kala Rasulullah Saw tidak lagi Khotbah bersandarkan kayu itu.  Rasul pun turun dan menempelkan tengan mulianya kepada kayu tersebut. tawaran itu diterimanya, hingga tak ada lagi suara kerinduan tangis dari bongkahan kayu itu.

Terhanyut kala itu,  entah apapun kalian menamainya.  Air mata mereka sanggup membawa suasana  iba yang teramat dalam.  Teringat tentang  tanggung jawab   seorang guru teladan yang merasa bersalah dengan  kesabarannya diantara para murid yang santai dan tidak menghiraukan amanat muliany .  Seorang ibu yang sedang kangen, merindukan  anak dan menantunya yang tengah berada di kota suci Makkah saat musim Hajji, hingga  kegalauan seorang gadis yang fragile dalam menjalani drama kehidupannya. aku sungguh merindukan tulus tangis mereka!

coretan lama Sayyed : Konspirasi Besar Syiah dan Wahabi Emansipasi Gila-gilaan 9 Rahasia Tuhan ALquran Mainan??? Rahasia Jenggot Kamu?

Adalah meditasi/ khalwat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline