Lihat ke Halaman Asli

Belenggu Hasrat Vs Kesabaran

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13395222212029151920

[caption id="attachment_182331" align="alignnone" width="605" caption="sayyedep.inc"][/caption] Coretan iseng ini  menantang saya pada sebuah ujian terberat sebagai mahluk yang ditakdirkan  (terpaksa)  memilih untuk dilahirkan ke dunia fana. Ujian atas segala hal yang membuat kita tersipu malu dalam belenggu “ tidak pernah  merasa terpuaskan” atas segala pencapaian hingga sering meremehkan sampai menafikan setiap anugrah yang telah diberikanNya Percuma-. Sebagai orang awam, sewajarnya  merasakan hal-hal yang bertolak belakang dengan apa yang selalu dirindukan para praktisi  nikmatnya dunia asyik ma’syuk dengan sang Terkasih.  Gejolak nafsu lawammah (penyeleweng) dan ammarah (mengajak kepada kecenderungan negatif) tidak  pernah terputus dari nadi, fikiran, angan, mata dan mulut yang terus menghanyutkankan diri pada  kebiasaan yang sebenarnya adalah bumerang! Semua ini tak lain karena  ritual yang kita kerjakan hanyalah gambaran lain dari gerakan serentak  kaum hipokrit. Setiap curahan hati dengan segala positif negatifnya akan terus menjadi sebuah trend bengal dunia maya atau para kacung-kacung tekhnologi millenium ketiga! Karenanya, jika kita masih merasakan satu atau semua kriteria naif dibawah ini, berarti memang semua pencapain yang telah di lakukan hampir percuma, dan  bisa dikatakan Gagal!. Tertawalah kawan, atas lenyapnya nurani dan kejernihan akal yang telah terkontaminasi ego dan ponakawannya. Sesungguhnya semua yang ada dan nikmati pada saat ini sebenarnya kerap membuat kita :

  1. Tampak seperti orang setress a.k.a gila
  2. Kehilangan nilai-nilai hikmah dibalik cobaan dan ujian
  3. Tidak bisa menyampaikan kebenaran dengan maksimal
  4. Terus menerus membangun konflik dengan diri sendiri
  5. Akan terus gelisah, cemas dan emosional
  6. Kehilangan momen-momen indah dan berharga bersama Sang Pencipta
  7. Kehilangan sifat-sifat pekerti luhur

Ada apa dengan kecenderungan diatas? Ya, kecenderungaan atas imbas dibalik setiap kepasrahan pada sisi munafiknya kehidupan dan konsekwensinya. Lupakan masa depan dan hasil legit dari buah kesabaran yang hampir mustahil  tertanam di hati manusia lalim. Mereka berkata : Sabar itu bukan menyerah, bukan apatis, bukan diam, bukan pula lemah. Sabar itu melahirkan sikap tegas, dan tegas itu bukan emosiaonal. Sabar  melahirkan sikap kesatria dan kelapangan jiwa. Bukan kesempitan dada. Sabar  adalah karakter manusia-manusia besar, bukan manusia kerdil. Sabar menghadapi maksiat yang terus mengajak kita pada kebahagian temporari yang lahir dari wajah kegetiran  abadi. Sabar menghadapi semua cobaan hidup, dan sabar menjalankan semua ibadah kepada sang Khaliq. Sejak aku mengenalnYa, aku tak pernah Kehilangan Dia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline