Lihat ke Halaman Asli

Fitnah Salah Faham Kesalehan Sosial

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_149047" align="aligncenter" width="538" caption="cinta nyata"][/caption]

Tak ada manusia yang ingin di cap sebagai pribadi yang keji kecuali memang orang tersebut telah diputuskan rasa malunya. Entah itu malu dalam arti sesungguhnya atau hanya dari sisi lahir saja. Mensikapi rasa malu dari sisi lahir, banyak sekali keunikan dari pribadi seseorang yang rela melakukan apapun demi untuk mendapatkan kesan yang prestise diantara sesama manusia. Sebaliknya apa yang dilakukan untuk memperoleh derajat tersebut justru kerap menjadikan sang Khaliq tidak mengakui setiap kebajikan yang dilakukannya.

Hal yang paling lumrah saja sudah disinggung oleh Sang Nabi. Ya, terkait masalah donasi seseorang sebaiknya ia merelakannya tanpa diketahui bahkan oleh tangan kiri kita yang notabenenya masih berada dalam satu kesatuan tubuh yang sama “ Shodaqoh yang terbaik adalah jika seseorang melakukannya dengan samar sehingga tangan kirinya pun enggan melihat apa yang dilakukan tangan kananmu yang telah berbuat kebajikan”. Sebuah perumpamaaan yang dalam terkait ketulusan yang dalam dari sebuah aksi nyata ini membuktikan bahwa tanpa pengakuan dari orang lain, semua akan menjadi lebih baik, suci dan indah.

Biarlah sang maha melihat yang akan mencatat semua kebaikan kita.Karena memang setiap kebaikan dan keburukan sudah pasti dikalkulasi oleh sang Rakib dan Atid.Sulit memang menjalankan perintah suci dengan tanpa ada balas atau pujian langsung dari manusia awam yang memag haus akan puji dan sanjungan sesamanya.

Gila Hormat dan Pujian

Penyakit hati ini adalah sebuah keniscayaan manusia awam yang menjelma akibat dari kebodohan dalam menmahami apa arti dari ketulusan yang sesungguhnya. Seperti yang telah penulis lakukan, coretan- coretan iseng ini juga kerap kali membuat penulis merasa berhak mendapatkan sanjungan dari setiap orang yang pro atas pemikiran apa adanya yang telah tertuangkan dalam judul-judul provokatif itu, walaupun sebenarnya mereka yang kontra justru melahirkan kesadaran akan niat busuk yang terbesit dilubuk hati.Karena pada dasarnya orang yang dengan jujurnya mengaku bodoh dan tidak bisa dihadapan publik adalah mereka yang berkata : saya pintar, saya bisa dan saya faham!!!

Kebaikan yang dipamerkan entah itu berupa materi atau sesuatu yang bersifat ritual murni kepada sang Khaliq menunjukkan akan rendahnya kapasitas iman orang yang menjalankannya. Lakukan saja semampunya, karena memang derajat iman orang awam mayoritas adalah melakukan kebajikan secara terpaksa dan kerap harus dilumuri dengan noda-noda kecil yang tak lain adalah isrok ( penyekutuhan Tuhan)– menyembah Tuhan tetapi disisi lain tetap ingin dipuji oleh mahluknya-. Entah dirasakan atau tidak, gejala ini tidak akan bisa dilenyapkan begitu saja selama kita hanya menyembahnya dengan kebodohan kita sendiri yang tidak mau belajar dan mengikuti sang ahli.Sulit memang memfokuskan ikhlas dan iman sefokus-fokusnya?

“Rasa Senangmu Agar mahluk Lain melihat keistimewaanmu, Menunjukkan Bahwa Ubbudiyahmu (ritual penghambaan/ibadah)Belum atau bahkan Tidak Benar.” – Ibn Athoillah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline