Lihat ke Halaman Asli

Keluargaku dan Kehidupannya

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya malam ini saya sangat bingung hendak berita apa. Saya bingung apa yang harus saya tumpahkan di account saya ini. Tapi baiklah saya akan menceritakan kehidupan saya yang mungkin tidak penting untuk di simak.

Saya adalah seorang gadis belia berumur 16 tahun. Saya punya seorang ibu yang biasa saya panggil mama beliau adalah seorang guru agama . Ayah saya, yang biasa saya panggil Apak itu bekerja sebagai PNS . Dan saya punya seorang adik yang kadang sangat menjengkelkan, juga sangat menyenangkan, bahkan terkadang sangat menggemaskan.

Kami sekeluarga hidup sangat sederhana di rumah yang sederhana pula. Hidup kami jauh dari kata Glamorous. Kami adalah keluarga pada umumnya. Kami hidup sangat apa adanya dan sangat seperlunya. Ayah dan Ibu juga saya apalagi adik saya, tidak memiliki handphone. Untuk berkomunikasi, kami cukup menggunakan telepon rumah yang sekarang sudah jarang orang yang memakainya. Untuk alat transportasi pun, kami tidak memiliki sepasang roda pun untuk mengantar kami bepergian. Kami terbiasa menggunakan angkutan umum untuk melancarkan urusan kami. Dan setahun sekali, kami akan menyewa sebuah mobil untuk di pakai mudik sekeluarga.

Ini bukan dikarenakan kami tidak mampu, tapi karena hidup kami sangat minimalis. Ibu dan ayah saya selalu berfikir untuk mendahulukan sesuatu yang sangat urgen. Untuk contoh, kami tidak memiliki Hp, karena kami masih punya telepon rumah. Kalaupun ada orang yang menghubungi kami di saat kami tidak ada di rumah, mereka bisa menghubungi kami ke nomor telepon dimana kami berada. Misalnya jika ayah tidak di rumah, orang tsb bisa menelepon ayah ke kantornya. Jika ibu sedang di sekolah, orang tsb bisa menelepon ibu ke sekolah. Berbeda dengan saya, karena saya belum memiliki kepentingan yang sangat mendesak, jadi jarang orang yang menghubungi saya.

Dan untuk kendaraan, kami sekeluarga bukan tipe orang-orang yang memiliki kesenangan dalam hal travelling. Jadi kami berfikir untuk apa beli kendaraan jika kendaraan tersebut jarang di pakai.

Mungki anda pemabaca yang budiman, akan beranggapan betapa iritnya kehidupan kami. Atau betapa minimalnya kehidupan kami.Tapi kami sekeluarga selalu senang karena Allah selalu ,melimpahkan rizki-Nya untuk kami dan menjadikan segala kesedrhanaan ini agar kami selalu bersyukur atas nikmat-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline