Lihat ke Halaman Asli

Antara Gita Wirjawan - Dahlan Iskan dan 'Libido' ingin Berkuasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391174596452418034

Mundurnya Gita Wirjawan dari Menteri Perdagangan Demi 'Libido' ingin Berkuasa? Hari ini, dihadapan para awak media Gita Wirjawan menyampaikan pengunduran dirinya sbg Menteri Perdagangan. Media massa mengangkat isu dalam ragam framing berita. Ada yang membingkainya sebagai tindakan kstaria, ada juga yang mengambil sudut pandang berita Gita yang melarikan diri dari permasalahan Kemendag yang dianggap menjerat dan berpotensi negatif terhadap citranya. Sebut saja kasus impor beras ilegal dari Vietnam yang membanjiri pasar Indonesia dan beritanya hangat akhir-akhir ini. Peristiwa ini pun mau tak mau menarik perhatian publik jagat maya. Beragam opini terkait mundurnya Gita mewarnai lini masa. Dari mulai yang memuji hingga secara frontal beropini bahwa Gita semakin menunjukan hasrat berkuasa. Peristiwa ini memang menarik untuk dikaji. Konferensi pers pengunduran Gita hari ini memang memiliki berbagai makna. Yang paling pasti, sesuai pernyataannya, Gita menunjukan keseriusannya untuk maju sebagai Capres. Apakah ini bisa dikatakan sebagai bukti hasrat berkuasa Gita? Bisa saja. Gita lebih memilih meletakan jabatan dan kepercayaan padanya sebagai Mendag demi mengejar sebuah kursi kekuasaan paling tinggi negeri ini. Keputusan Gita adalah keputusan besar, sehingga memiliki makna yang besar pula. Makna yang tersirat dari keputusan Gita ini adalah Gita ingin menang. Dan ketika hasrat ingin menang lebih tinggi dibanding pengabdian kepada publik, maka dapat dipastikan bahwa cara apapum akan dlakukan untuk menang. Apakah tindakan Gita bisa dikatakan sebagai tindakan seorang pemimpin? Silahkan berpersepsi! Dahlan Iskan Memilih Mengemban Tugasnya Sebagai Meneg BUMN Opini media dan publik jagat maya banyak mengaitkan mundurnya Gita Wijawan dengan posisi Dahlan Iskan yang tetap memilih untuk menjabat Menteri Negara BUMN. Ada banyak yang mendorong Dahlan Iskan untuk mengikuti Gita mundur dati kabinet dan fokus dalam Konvensi. Ada pula yang lebih mendukung sikap Dahlan Iskan untuk tetap mengemban tugasnya sebagai Menteri Negara BUMN. Jika kita coba membaca riwayat berita media sepanjang tahun 2013, maka kita akan menemukan bahwa ini bukan kali pertama Dahlan Iskan diminta mundur sebagai Men BUMN untuk fokus di konvensi. Dan bukan sekali dua kali juga kita mendapatlan jawaban yang sama dari seorang Dahlan Iskan. Dia tetap mengatakan bahwa sepanjang tidak melanggar peraturan dan diminta presiden untuk mundur, dirinya lebih memilih melaksanakan tanggungjawab yang dianggapnya sangat penting sebagai Men BUMN. Dia lebih memilih mengurusi sekitar 140 perusahaan Negara dengan sekitar 300 anak perusahaan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Bahkan, Dahlan Iskan pernah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya akan memilih sebagai Men BUMN jika harus dipaksa memilih antara tanggungjawabnya sebagai Men BUMN dan peserta konvensi. Padahal jika membaca peluang Dahlan Iskan dan Gita di konvensi, tentu Dahlan Iskan memiliki peluang lebih tinggi karena elektabilitasnya jauh di atas Gita dan peserta konvensi lainnya. Hal ini menunjukan bahwa jika hanya sekedar mengejar kekuasaan, seharusnya Dahlan Iskan yang lebih fokus mengejar konvensi dibanding Gita, karena peluangnya lebih besar. Namun nyatanya elektabilitas yang tinggi tidak membuat seorang Dahlan Iskan lupa diri dan terbutakan kekuasaan. Ia tetap lebih memilih mengemban tugasnya sebagai Men BUMN dibanding mengejar kekuasaan melalui konvensi. Ini sebuah sikap. Sikap yang telah terbukti mendapat dukungan publik Indonesia yang semakin cerdas dalam memilih pemimpin. Sikap tegas yang mendongkrak elektabilitasnya menjadi yang tertinggi di antara peserta konvensi. Jadi, apakah Dahlan Iskan akan mengikuti Gita untuk mundur dalam waktu dekat ini? Jika merujuk kepada riwayat keteguhan seorang Dahlan Iskan, kemungkinan paling besarnya adalah tidak. Dahlan Iskan akan lebih memilih bertugas sebagai Men BUMN dibanding mengejar hasrat berkuasa. Apakah ini sebuah sikap seorang pemimpin sejati? Sekali lagi silahkan berpesepsi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline