Lihat ke Halaman Asli

Dari Hobi Menjadi Hoki

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak deretan toko-toko berjejer dari ujung selatan sampai ujung utara. Toko-toko itu berada di gedung lantai satu dan lantai dua. Di tiap-tiap tokonya rata-rata memiliki luas yang sama, sekitar 3x3 meter. Langkah demi langkah saat mengunjunginya kita akan disuguhkan dan dimanjakan dengan buku-buku yang terpampang berharga murah. Maka tak heran bila orang-orang banyak yang berhamburan di sana. Namun, harga yang dibandrol bisa dibilang miring- setengah dari harga buku pasaran, karena buku-buku yang ditawarkan itu bukan buku original (asli) alias kwalitas 1 dan 2 (KW). Bahkan, penjual tak segan-segan memberi tawaran dengan harga lebih murah lagi.

Tempat itu berada di Jl. Sri Wedani, Timurnya Taman Pintar, Yogyakarta. Orang-orang disekitarnya biasa menyebutnya Toko Shoping, tambang emas bagi pencinta buku murah. Banyak buku-buku yang best seller yang dijual tempat ini. Seperti Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El-Shirazy, 13 Wasiat Terlarang karya Ippho Santosa dll.

Ketika menelusuri jalan di dalam gedung Shoping No.54, yang berdekatan dengan lantai dua, ada seorang ibu sendirian berkutat dengan tangan dan jemarinya memegang gunting, memotong koran untuk dikliping. Meskipun wajahnya sudah tidak tampak muda lagi, tetapi semangatnya luar biasa, tidak kenal lelah. Ibu yang biasa disapa Ibu Triyani ini tersenyum saja saat ditanya keadaannya. Ia mengatakan “ Jualan klipingan koran ini termasuk hobi Saya, jadi tidak ada beban ketika menggelutinya” ujar Triyani sambil tersenyum.

Lebih lanjut Ia memberi tahu bahwa hobi yang ditekuninya ini membawa hoki tersendiri. Walaupun orang-orang sekarang lebih memilih berita elektronik ketimbang berita media cetak. Memandang sebelah mata bahwa berita media cetak kurang instan dan modern, Ia masih mampu bertahan berjualan klipingan koran. Usahanya tersebut dirintis mulai tahun 1995 hingga sampai sekarang. Sudah mennggelutinya selama 19 tahun.

Selanjutnya, ketika ditanyai perihal alasan hobinya Ia membeberkan bahwa klipingan ini termasuk ilmu yang tidak boleh diabaikan. “Ilmu itu gak ada usangnya, tetap saja relevan. Apalagi kalau ada unsur sejarahnya, jangan sampai melupakannya” kata Triyani yang memiliki nama lengkap Triyani Astri.

Sembari menceritakan perihal pekerjaannya, Triyani sangat senang dan menuturkan bahwa dari hasil berjualan klipingan koran Ia mampu menyekolahkan anaknya sampai di perguruan tinggi swasta ternama di Yogyakarta. “ Dari hasil jualan klipingan koran-cukuplah bisa punya rumah, anak kuliah, bisa buat ibadah dan semoga bisa ke tanah suci Mekkah” ujarnya dengan tersenyum lebar.

Untuk jam bukanya dimulai jam 10.00 WIB dan tutup jam 19.00 WIB. Dia berjualan biasanya bersama suaminya, dan seringkali bergantian. “Saat jualan kliping koran kami hanya berdua saja, hanya bersama suami tercinta” tuturnya sambil tersenyum serta melirik suaminya yang saat itu baru datang dan duduk sambil membaca koran. Bahkan kadang-kadang tutup sampai jam 21.00 WIB ketika ngelembur saat banyak pembeli yang datang ketika mau tutup.

Kemudian, tidak semua klipingan koran dia jual untuk mencari keuntungan. Ada beberapa koran yang memang disengaja untuk disimpan sendiri. Banyak yang disimpannya bukan untuk kenang-kenangan atau ditempelkan ke dinding ruangan untuk hiasan rumah, tetapi untuk belajar dan memotivasi diri dalam kehidupan. Klipingan yang tidak dijual itu berupa klipingan yang memuat kata-kata motivasi dan perilaku seseorang yang memberi inspirasi. Maka tak heran bila di rumah banyak berbagai klipingan koran yang tertata rapi dengan baik.

Tak hanya itu, Triyani yang kesehariannya memakai kacamata itu khawatir terhadap generasi anak muda sekarang. Menurutnya banyak anak muda yang menyia-nyiakan waktunya dengan bermain dan kluyuran. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa minat baca anak muda sekarang rata-rata kurang. Saking kesalnya dia mengatakan anak muda jaman sekarang lebay. Sedikit-sedikit facebook-an. Dan gampang mengeluh lewat media sosial itu.

Dia berpesan kepada generasi anak muda sekarang agar menyadari pentingnya membaca. “Membaca adalah jendela dunia, dengan membaca kita bisa menerangi dunia”ungkapnya di sela-sela persiapan untuk berangkat ke musholla,menunaikan sholat Magrib. Ungkapan itu dia lontarkan agar kelak tidak ada penyesalan dalam menjalani kehidupan bagi anak muda sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline