Lihat ke Halaman Asli

Ayatullah Nurjati

penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Berujung Besi

Diperbarui: 18 Oktober 2021   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seonggok besi tua usang menghujam ke langit
Mengernyitkan dahinya, geram dan agak sedikit merah padam
Mentari yang menopangnya lambat laun akan surut
Menyaksikan keindahan biru kusam---karam
Disorentasi, gardan, copel dan asesoris yang menempel padanya terkait belati hitam
Kumisnya yang tak lagi sangar tetapi terkesan tentram


Aku laksana keris tipis---tiris
Karena tak kutemukan tekat bulat---nekat
Ah itu hanyalah ilusi bagi mobil berdasi
Tanpa seonggok besi yang didaur, dilebur dan ditambur takkan mungkin ada itu
semua

Oplet, helicak, trem cukup lihai untuk melakukan regenerasi
Sebutir peluh keruh tetap tak membuat badan jadi kisruh
Dan tak lupa becak, sepeda ontel menjadi saksi jaman yang katanya preman
Ban plagiator bibirnya jontor karena sok diktator pada motor orator

Aku bagai pentil yang disentil oleh cewek-cewek centil yang jail
Yah sudah kalau begitu bagaimana televisi yang bermuka dua, handphone yang tuli, Laptop dan komputer yang sliwer?
Mereka semua kecuali peluru, mesiu, rudal, granat, bom atom ujung-ujungnya besi

telah dipublikasi di PoemHunter dengan judul Iron Tipped




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline