Lihat ke Halaman Asli

Ambruknya 4 Lembaga Survey dalam Pilkada Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Fakta membuktikan kalau lembaga survey memang tidak kredibel dan tidak netral, syarat dengan kepentingan politik, bahkan ikut dalam permainan politik. Memang memalukan dan memilukan, pasalnya Lembaga Survey jauh sebelum Pilkada Jakarta dilaksanakan, fokus memenangkan Pasangan Fausi Bowo Dan Nahrawi. Tak ketinggalan banyak stasiun TV lebih melamakan masa tayangan Iklan Fauzi Bowo dan Nachrawi. Ini mencerminkan kalau Lembaga Survey yang seharusnya bermental Satria, justru bermental preman, condong bermuka manis kepada calon calon menebalkan koceknya.

Fakta membuktikan kalau Fauzi Bowo menjadi kuda terbang megalahkan kandidat lainnya menurut hasil survey, ternyata terbukti sayapnya patah untuk bisa mengejar ketinggalan angka , mengejar lawan politiknya Jokwi dan A Hoc. Ada apa dengan lembaga Survey , sehingga harus tergiur , ikut ikutan mengelabui masyarakat Jakarta. Sudah terlalu bodohkah masyarakat Jakarta, sehingga terkesan Lembaga survey turut andil dalam kampanye terselubung “memenangkan calon yang diunggulkannya, tanpa melihat dengan mata hati, bahwa yang digiring adalah manusia yang berakal, bukan robot yang mudah teripnotis oleh remot kontrol pasangannya.

Ini menunjukkan kalau Lembaga Survey itu bisa di beli dengan “Uang”. Uang adalah tuhan bagi hawa nafsu, sehingga lebih berkuasa merobah bentuk manusia yang jujur, menjadi manusia fujur (hina) . Dari manusia yang bijaksana bisa menjadi manusia yang penuh dusta, dan bertujuan menggiring masyarakat Jakarta terlena dalam kedustaan lembaga Survey. Sebab lembaga survey sendiri telah menjadi panggung kampanye dalam memenangkan calon pilihannya. Lalu atas dasar apa….”kalau bukang Uang apalagi yang bisa menjadi dasar penelitian lembaga Survey tersebut” ?, akhirnya kan masalah perut juga yang harus diisi. Mereka butuh makan juga, maklum manusia yang relatif dan mudah berobah, seperti layaknya bonglong .



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline