Lihat ke Halaman Asli

Memahami Perjalanan Hidup Manusia

Diperbarui: 19 November 2024   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Erik H. Erikson, seorang psikolog perkembangan asal Jerman, dikenal luas karena kontribusinya dalam memahami perkembangan manusia melalui pendekatan psikososial. Berbeda dengan teori perkembangan psikoseksual yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud, Erikson lebih menekankan pada pengaruh lingkungan sosial dan budaya terhadap perkembangan individu sepanjang hayat. Teori psikososial Erikson terdiri dari delapan tahapan perkembangan yang mencakup seluruh rentang kehidupan, dari bayi hingga lanjut usia. Setiap tahapan ini diwarnai oleh konflik atau krisis yang harus diselesaikan individu agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Prinsip Dasar Teori Psikososial

Menurut Erikson, perkembangan manusia tidak hanya dipengaruhi oleh kebutuhan biologis atau dorongan seksual, tetapi juga oleh interaksi sosial yang kompleks. Setiap individu menghadapi tugas perkembangan tertentu di setiap tahap kehidupan. Tugas ini sering kali berbentuk konflik atau krisis psikososial yang mencerminkan kebutuhan internal individu dan tuntutan eksternal dari lingkungan.

Jika individu berhasil menyelesaikan krisis ini dengan baik, ia akan memperoleh kekuatan psikologis yang disebut "virtue" atau kebajikan. Sebaliknya, kegagalan dalam menyelesaikan krisis dapat menyebabkan masalah emosional atau psikososial yang memengaruhi tahap perkembangan berikutnya.

Delapan Tahapan Perkembangan Psikososial

1. Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Pada tahap ini, bayi belajar membangun rasa percaya kepada dunia sekitarnya. Jika kebutuhan dasar seperti makanan, kenyamanan, dan kasih sayang terpenuhi secara konsisten, bayi akan mengembangkan rasa percaya. Namun, jika kebutuhan ini diabaikan, bayi dapat mengembangkan ketidakpercayaan terhadap lingkungan. Kebajikan yang diperoleh dari tahap ini adalah harapan.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Selama masa toddler, anak mulai mengeksplorasi kemampuan dirinya, seperti berjalan dan berbicara. Anak membutuhkan kebebasan untuk mengembangkan kemandirian. Jika orang tua terlalu membatasi atau mempermalukan anak, rasa malu dan ragu akan tumbuh. Kebajikan dari tahap ini adalah kehendak atau kemauan.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan inisiatif dalam bermain dan berinteraksi dengan orang lain. Jika anak diberikan kesempatan untuk mencoba hal baru dan diberi dukungan, ia akan merasa percaya diri. Namun, kritik berlebihan dapat menimbulkan rasa bersalah. Kebajikan yang diperoleh adalah tujuan.

4. Tahap Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)
Anak usia sekolah mulai belajar keterampilan baru dan memahami pentingnya bekerja keras. Keberhasilan dalam tahap ini menghasilkan rasa percaya diri, sementara kegagalan atau kritik yang terus-menerus dapat memunculkan rasa rendah diri. Kebajikan yang diperoleh adalah kompetensi.

5. Tahap Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun)
Masa remaja adalah periode kritis untuk membentuk identitas diri. Remaja mulai mencari tahu siapa dirinya, nilai-nilai yang ia yakini, dan peran yang ingin ia jalani dalam masyarakat. Jika gagal menemukan identitasnya, remaja bisa merasa bingung. Kebajikan dari tahap ini adalah kesetiaan terhadap diri dan nilai-nilai pribadi.

6. Tahap Intimasi vs Isolasi (18-40 tahun)
Pada tahap dewasa awal, individu mulai mencari hubungan yang intim dan bermakna dengan orang lain, baik dalam hubungan romantis maupun persahabatan. Keberhasilan dalam tahap ini menghasilkan kemampuan membangun hubungan yang erat, sementara kegagalan dapat menyebabkan isolasi emosional. Kebajikan yang diperoleh adalah cinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline