Lihat ke Halaman Asli

Manusia Terus Memicu Kanker-Nya Sendiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14115250111148993476

[caption id="attachment_361255" align="aligncenter" width="300" caption="usus besar sehat dan penderita kanker"][/caption]

Manusia Terus Memicu Kankernya Sendiri

Manusia Terus Memicu Kankernya Sendiri
Dikutip dari buku “Sehat Sejati Yang Kodrati” Dr. Tan Shot Yen, M.Hum., hlm. 295-7

Sangatlah wajar dlm kehidupan bila sel mengalami mutasi. Diperkirakan tubuh kita setiap detiknya memproduksi 50 juta sel baru (perhitungkan pula berapa juta yg rontok dan menua setiap harinya: meninggalkan tubuh).

Error selagi membuat sel-sel baru menghasilkan sel yg mempunyai kerusakan DNA, si pembawa sifat sel itu. Sel-sel produk error ini bisa membelah diri dengan kecepatan lebih tinggi dan mereka tidak mati selayaknya sel lain. Rata-rata manusia menciptakan jutaan sel seperti itu (yg kemudian disebut sebagai ‘kanker’) setiap hari. Kabar baiknya, bila kita sehat maka tubuh mempunyai banyak sekali pertahanan alamiah untuk menghancurkan sel-sel tersebut. Biasanya tubuh mampu mengendalikannya. Sebelum kelompok sel ini bertingkah, sudah terlebih dahulu dibasmi.

Penyakit yg kita sebut kanker sebetulnya sekadar proses di mana keseimbangan alam di atas terganggu. Sel-sel yg bermutasi (mengalami keanehan itu) mulai tumbuh lebih cepat daripada kemampuan tubuh secara alamiah membasminya. Akhirnya, kumpulan sel ini membentuk massa yg kemudian disebut sebagai ‘tumor’ (benjolan yg tidak normal).

Biopsi (mengangkat sedikit jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop) bukan hanya penegas apakah massa disebut kanker atau tidak, tapi dengan mampunya seorang dokter melihat derajad diferensiasi (keanehan) error sel yg bisa dikategorikan berdiferensiasi ‘buruk’ atau ‘baik’. Ini artinya kita masih diberi peluang untuk memikirkan cara lain agar sel kembali berfungsi dan berbentuk normal dengan perbaikan gaya hidup. Namun apa yg terjadi? Peluang ini tidak pernah digunakan. Bahkan upaya memperbaiki pola makan dan gaya hidup dilecehkan, pun setelah operasi – serangkaian kemoterapi dan radiasi dijatuhkan sebagai vonis tanpa pilihan.

John Herring, seorang kontributor senior Total Health Breaktrough seperti halnya beberapa dokter yg prihatin dengan gaya hidup masa kini, sangat menganjurkan manusia untuk berhenti meracuni diri. Sayangnya, kesadaran tentang ‘apa sih racun itu?’ masih sangat minim. Kita pikir apa yg kita anut selama ini sebagai pola makan sudah sehat, padahal kategori sehat itu sendiri ditentukan oleh orang lain yg mempunyai kepentingan tertentu. Kita pikir menghindari zat pengawet dan pewarna berarti sudah sehat, padahal setiap makan nasi dari padi penuh pestisida, menggoreng semua, menggunakan sabun berpewangi buatan, pengharum ruangan otomatis, segala macam jenis plastik kemasan makanan, pembunuh nyamuk super ampuh. Ironis, bukan?

Gula dalam makanan jangan hanya dipahami sebagai rasa manis. Pemahaman gula sudah saatnya diperdalam sebagai karbohidrat yg buruk, yg diasup tanpa sadar karena sudah dianggap makanan kebudayaan (padahal baru diturunkan 5-6 generasi)! Gula adalah makanan utama sel kanker dan kuat hubungannya dengan pertumbuhan kanker payudara, ovarium, rektum, pankreas, paru-paru, empedu, dan lambung.

ULASAN WIED HARRY:
Selain gula, makanan-minuman lain (calon) sahabat kanker adalah produk susu, daging, makanan-minuman-bumbu kalengan/botolan/kemasan/instan/sejenisnya – terutama karena tambahan bahan sintetis dan proses pengolahan berlebihan yang mengakibatkan munculnya zat bersifat karsinogenik (pemicu kanker).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline