Lihat ke Halaman Asli

Jangan Terburu Minum Obat Penurun Panas Ketika Demam

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dikutip dari buku ‘Mukjizat Suhu Tubuh’. Penulis: Masashi Saito. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

“Tidak terbatas hanya ketika kita terserang flu, “menghangatkan badan” merupakan cara sehat yang baik dilakukan setiap saat.

Ketika saya kecil, jika terserang demam dan tidak enak badan, saya pasti disuruh mengenakan 2 helai celana dalam (CD). Jika saya bersin2, batuk, dan menunjukkan gejala terkena flu, nenek bukannya memberikan obat flu, melainkan CD. Jika dipikirkan sekarang (setelah menjadi dokter), saya mengerti bahwa mengenakan 2 CD maksudnya untuk menghangatkan badan.

Tidak hanya dengan melapis CD, boleh juga dengan cara mandi berendam di air hangat, memakai kantong penghangat kecil (kairo), atau memakai botol air panas (yutanpo) pun boleh saja. Yang penting, pada kondisi tubuh kurang fit, upayakan untuk menghangatkan tubuh.

Tetapi banyak orang yang malah melakukan sebaliknya. Contohnya, minum obat flu. … hindarilah langsung minum obat flu, karena itu itu tidak baik bagi tubuh Anda.

Obat flu umumnya bukan untuk menaklukkan virus penyebab flu, melainkan gabungan berbagai macam komposisi obat2an untuk meringankan gejala penyakit. Kebanyakan komposisi obat tersebut menekan kerja saraf parasimpatik dan merangsang saraf simpatik.

Oleh karena itu, jika orang yang sedang kelelahan karena bekerja minum obat flu, peredaran darahnya yang sudah tidak begitu baik malah jadi makin memburuk. Kondisi ini memicu penurunan suhu tubuh (suhu tubuh rendah) dan berisiko menurunkan daya tahan tubuh.

Lebih buruk lagi dari obat flu adalah “obat analgesic antipiretik” (analgesic = pereda nyeri/rasa sakit, anitipiretik = penurun demam). Kebanyakan obat analgesic antipiretik bersifat meningkatkan kinerja saraf simpatik. Tetapi risikonya bukan cuma itu saja. Bahaya obat itu (sesuai namanya) yaitu menurunkan suhu tubuh.

Orang yang se-hari2 bersuhu tubuh rendah dan lemah terhadap demam, bisa saja merasakan lesu dan meriang berat pada suhu tubuh 37oC, sehingga menomorsatukan minum obat penurun demam. Padahal, panas tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh guna bertarung melawan virus. Menurunkan demam dengan obat penurun panas merupakan perbuatan keliru, karena menghambat sistem kekebalan tubuh. Inilah sebabnya dokter yang betul2 paham akan risiko obat penurun panas tidak dengan mudah meresepkannya.

Orang yang kurang kuat fisiknya, seperti lansia, adakalanya memerlukan obat penurun panas pada sekitar suhu 38,2 oC. Obat penurun panas yang diberikan pada saat itu adalah jenis yang paling tidak membebani tubuh, yaitu asetaminofen, disesuaikan dosisnya sambil melihat perkembangan pasien, serta diberikan dengan hati2 agar suhu tubuh bertahan pada kisaran 37 oC. … Oleh karena itu, jangan sembarangan minum obat, sekalipun itu obat2an bebas.

Saat ini di AS, jarang sekali dokter meresepkan obat untuk gejala awal flu. Saya sendiri, sebagai dokter, jika terserang flu bukannya minum obat, hanya minum (suplemen) vitamin C dan magnesium. .. Alasannya, vitamin C bekerja paling efektif saat bersama-sama golongan bioflavonoid, kalsium, dan magnesium. Selain itu, magnesium cenderung kurang dapat diambil dari makanan se-hari2, sehingga baik dikonsumsi bersama untuk menggiatkan daya kerja vitamin C.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline