Lihat ke Halaman Asli

Aya Shofia

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Penyesuain Diri Masyarakat di Kala Pandemi Covid-19

Diperbarui: 15 November 2020   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

greatdayhr.com

Oleh Aya Shofia Irawan

Mahasiswi Pendidikan Sosiologi UNJ

Sudah hampir di penghujung tahun 2020 namun Covid-19 tak kunjung mereda. Siapa sangka yang awalnya diperkirakan hanya dua minggu Covid-19 mereda, namun nyatanya berbulan-bulan lamanya bahkan diperkirakan hingga tahun depan. Sudah ribuan jiwa yang telah meninggal dikarenakan Covid-19. Bahkan Indonesia menempati posisi pertama di ASEAN dan 3 di Asia.

Coronavirus adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan, pneumonia berat, hingga kematian. Terlebih lagi pada usia lanjut dan memiliki kronologi penyakit lebih rentan terkena Covid-19. 

Namun tak bisa dipungkiri yang berumur masih muda pun dapat terinfeksi Covid-19 dan rentan menularkannya. Bahkan terkadang orang yang tidak memiliki gejala dapat terindikasi positif corona.

Covid-19 ini diperkirakan mulai mewabah di Kota Wuhan pada sekitar Desember 2019. Di Indonesia sendiri pada awalnya santai dalam menghadapi Covid-19 karena dianggap kebal terhadap penyakit dan bahkan dijadikan guyonan agar masyarakat tidak panik. Namun, sejak Maret 2020 Indonesia dikejutkan dengan ditemukannya kasus pertama Covid-19 di Depok, Jawa Barat.

Hal ini mendorong pemerintah mengambil upaya untuk menangani Covid-19. Dengan menghadang laju penyebaran agar tidak menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak lagi. 

Kebijakan yang dilakukan dengan menerapkan physical distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) di beberapa daerah hingga pemerintah memberlakukan larangan untuk mudik.

Segala aktivitas pun dibatasi seperti mengharuskan ditutupnya kegiatan usaha atau perusahaan-perusahaan yang berdampak pada pekerja harus bekerja dari rumah (Work From Home) hingga melakukan PHK. Dari warung-warung kecil hingga mall pun terdampak. Bahkan mengharuskan untuk gulung tikar karena mengalami kerugian. 

Tak hanya itu saja, pariwisata ditutup yang menjadi mata pencaharian warga sekitar. Hal ini memberikan efek domino di mana meningkatnya jumlah pengangguran dan penurunan kualitas hidup masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline