Lihat ke Halaman Asli

Hidup adalah Pilihan

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup adalah pilihan", itu sebuah ungkapan yang sering saya dengar dan saya sepakat dengan itu. Setiap hari bahkan setiap detik dalam kehidupan ini disajikan berbagai pilihan dan kita harus menjadi pemilih. Dalam masalah hidup kita, kita tidak boleh golput. Hari ini adalah dampak dari keputusan yang kita ambil atas pilihan yang tersaji hari kemarin, dan esok adalah dampak dari keputusan yang kita ambil atas pilihan yang tersaji hari ini, begitu seterusnya.

Dalam hidup ini kita mengenal 4 takdir yang sudah tertulis pasti, yaitu lahir, rejeki, jodoh, dan mati.

Saya ingin berkisah tentang rejeki. Saya percaya setiap kita sudah memperoleh jatah rejeki masing-masing dan tak akan tertukar dengan yang lainnya. Hari ini seharusnya saya mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja, akan tetapi seminggu yang lalu ketika saya sudah dinyatakan diterima sebagai peserta pelatihan, saya kembali disodori pilihan dan itu membuat saya dilema. Akan tetapi saya harus tetap memilih salah satu, tentunya harus siap dengan berbagai resiko. Akhirnya saya melepaskan kesempatan saya untuk ikut pelatihan dan memilih untuk mengambil resiko melamar pekerjaan di suatu tempat.

Bukan suatu kebetulan, pun sebenarnya segalanya adalah "pasti". Hanya saja karena kita tidak tahu tentang kepastian yang menjadi rahasia Tuhan, makanya kita bilang itu sebuah ketidakpastian. Jika kita percaya bahwa takdir manusia itu telah tertuliskan dengan pasti dan kita hanya menjalani skenarioNYA dalam episode-episode di Film Kehidupan kita, niscaya kita akan damai dengan segala ketentuanNYA.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline